LAMPUNG — Memasuki 100 hari Pemerintahan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela, Lampung terus memperkuat peran sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
Sebanyak 24 unit mesin pengering gabah dan empat unit mesin penepung mocaf diserahkan kepada kelompok tani dan BUMDes di sepuluh kabupaten/kota.
Dryer tersebut multi fungsi, untuk gabah, jagung, cokelat, kelapa dan singkong
Langkah strategis Gubernur Mirza ini merupakan bagian dari pelaksanaan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Pemprov Lampung melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan memberikan bantuan mesin pengering padi berkapasitas 20 ton.
Bantuan tersebut diberikan kepada 21 kelompok tani dan tiga BUMDes di Kabupaten Way Kanan, Tanggamus, Pesawaran, dan Lampung Barat.
Dengan alat ini, proses pengeringan gabah yang biasanya memakan waktu 36 jam dapat dipangkas menjadi hanya 12 jam.
Kemudian satu unit mesin dapat mengolah gabah dari lahan seluas 2–3 hektare, sehingga total kapasitas pengolahan mencapai 480 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hari dari 24 mesin yang disebar.
Koperasi Pertanian Serbajadi, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan telah menguji mesin tersebut dan mencatat efisiensi tinggi serta hasil gabah yang stabil.
Selain mendukung panen raya, mesin ini juga membuka peluang usaha pengeringan gabah secara komersial yang dikelola oleh BUMDes maupun koperasi tani.
Tak hanya padi, Pemerintah Provinsi Lampung juga memperkuat hilirisasi komoditas singkong melalui pemberian empat unit mesin penepung mocaf (Modified Cassava Flour).
Mesin ini diserahkan kepada petani di Lampung Tengah, Lampung Timur, Way Kanan, dan Lampung Utara.
Mocaf dihasilkan dari proses fermentasi singkong dan memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan singkong segar.
Dengan teknologi ini, petani bisa memperoleh nilai tambah hingga Rp6.394 per kilogram dengan margin keuntungan mencapai 67,2%.
Sebagai produsen singkong terbesar di Indonesia, Provinsi Lampung mencatatkan produksi singkong mencapai 7 juta ton pada 2025, menurut data Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.
Potensi ini menjadikan Lampung sebagai wilayah strategis pengembangan produk turunan berbasis singkong seperti mocaf, tapioka, hingga bio etanol.***