KOTA BEKASI – Lagi-lagi panggung rotasi mutasi pejabat di Kota Bekasi bikin publik geleng-geleng. Walikota Bekasi, Tri Adhianto, merombak 19 pejabat eselon II dengan wajah lama yang disulap jadi baru. Seremoni berlangsung meriah di Aula Nonon Sonthanie, Rabu (3/9/2025), tapi satu kursi paling krusial justru masih melompong: Direktur Utama RSUD Kota Bekasi.
“Evaluasi sudah dilakukan, mutasi ini demi mencari potensi baru,” kata Mas Tri dengan penuh percaya diri. Tapi publik tahu, kalimat itu hanyalah terjemahan halus dari: “Yuk, kita tukar posisi biar nggak bosan.”
Kursi Kosong di Rumah Sakit
Ironisnya, di tengah kebutuhan layanan kesehatan yang semakin riuh, jabatan Dirut RSUD malah masih lowong. Solusi Mas Tri? Open bidding. Alias: ayo rebutan kursi, siapa yang paling kuat jaringan dan paling lihai melobi, dialah yang menang.
Nama-Nama Baru, Wajah Lama
Berikut daftar pejabat yang dapat jatah kursi baru—sebuah parade jabatan yang lebih mirip “musical chairs” ketimbang reformasi birokrasi:
- Arif Maulana – Kepala Dinas Tata Ruang
- Dzikron – Kepala Disparbud
- Asep Gunawan – Staf Ahli Pemerintahan
- Solikhin – Kepala Bapenda
- Ika Indah – Kepala Disperindag
- dr. Kusnanto Saidi – Kepala DPPKB
- Bambang Santoso – Staf Ahli Perekonomian
- Aceng Solahudin – Staf Ahli Administrasi
- Alexander Zulkarnain – Kepala Dinas Pendidikan
- Robert Tua – Kadinsos
- Nadih Arifin – Kepala Diskominfostandi
- Herbert Suyanto – Kepala Dinas UMKM
- Karto – Kepala DKPPP
- Nesan Sujana – Kasatpol PP
- Hudi Wijayanto – Kepala Kesbangpol
- Dinar Faisal Badar – Asda III
- Dicky Iriawan – Kepala Bappelitbangda
- Yudianto – Kepala BPKAD
- Satia – Kepala Dinas Kesehatan
Rotasi mutasi dalam ASN suatu hal biasa lazimnya disebut penyegaran birokrasi. Tapi ada juga yang bertanya rotasi ini diharapkan tidak hanya sekadar lotre jabatan yang dibagikan dengan gaya tukar kado?
Namun diketahui saat ini RSUD Kota Bekasi masih tanpa dirut. Padahal, rumah sakit itu bukan sekadar bangunan, tapi tempat rakyat mencari hidup di ujung sekarat. Kursi kosong di sana bukan sekadar formalitas, tapi bisa jadi nyawa taruhannya.
Sementara pejabat lain sibuk menempati kursi barunya, semoga kali ini mutasi bukan sekadar “ganti papan nama di meja kerja,” melainkan benar-benar terasa manfaatnya.***