Disampaikan oleh: Yusuf Blegur
WAWAINEWS – Saat para ulama, habaib dan santri ikut berjuang melawan kolonialisme dan imperialisme di bumi nusantara. Kenapa kalian tidak sebut itu sebagai gerakan politik identitas?
Ketika umat Islam mengumandangkan pekik merdeka dan takbir Allahu Akbar menjadi kekuatan spiritual dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kenapa kalian tidak tuding itu sebagai Islam politik?. Tatkala para pemimpin-pemimpin Islam menyeru resolusi jihad untuk mengusir penjajahan di negeri ini.
BACA JUGA: Benny BP2MI Minta Jokowi Tegakkan Hukum, Apa Presiden Berani?
Kenapa kalian tidak vonis itu sebagai tindakan intoleran, radikalis, fudamentalis dan bahkan teroris. Kenapa?, kenapa?, kenapa?. Apakah kalian bisa jawab?.
Lahir sebagai antitesa terhadap semua gangguan dan potensi konflik kebangsaan. Gerakan 212 sesunguhnya, menjaga sekaligus membentengi demokrasi dan konstitusi. 212 tidak sekedar sedang menyoal masalah keagamaan. Tidak juga reaksioner hanya pada perilaku seseorang seperti Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Silaturahim dan ukhuwah Islamiah terbesar sepanjang republik berdiri yang situasional, monumental dan begitu emosional. Membuktikan kejahatan sekalipun dapat ditundukkan dengan kebaikan. Kebenaran dan kesabaran akan selalu bersama memenangkan peperangan sekalipun harus berhadapan dengan musuh yang dzolim.
BACA JUGA: Anies Urung Hadiri Muktamar Al-Isryad di Purwokerto. Kenapa?
Shalat tahajud, dzikir dan shalawat yang di laksanakan di Masjid At Tin TMII pada tanggal 2 Desember 2022 atau bertepatan dengan 8 Jumadil Awal 1444 H. Menjadi ajang pembuktian kepada seluruh rakyat Indonesia dan dunia, bahwasanya Islam menjadi agama pembebasan sekaligus agama disiplin dan keteraturan. Islam bukan ancaman bukan teror atau juga bahaya.
Justru sebaliknya Islam membawa kemaslahatan global. Refleksi dan evaluasi seperti itu mendorong 212 seperti telah menjadi representasi dari perwujudan syariat Islam yang penuh kasih sayang, menampilkan keteduhan dan kesejukan, serta menjamin keberlangungan nilai-nilai universal dalam kehidupan dunia, kapanpun dan bagi siapapun.