Scroll untuk baca artikel
MegapolitanPendidikanZona Bekasi

Warga Tolak Anaknya Masuk Paket B, Disdik Dituding Lari dari Tanggungjawab

×

Warga Tolak Anaknya Masuk Paket B, Disdik Dituding Lari dari Tanggungjawab

Sebarkan artikel ini

WAWAINEWS – Aktivis mahasiswa, Reza Iriawan mengecam Dinas Pendidikan Kota Bekasi lantaran menyuruh 9.164 anak yang tidak tertampung di sekolah negeri dan swasta (tingkat menengah pertama) mengikuti ujian paket B atau sekolah di luar daerah dan pesantren. Reza menuding solusi tersebut sebagai cara Dinas Pendidikan lari dari tanggungjawab.

“Solusi ini sangat kontradiktif dengan sebutan Kota Bekasi sebagai kota cerdas. Sangat tidak pantas dinas menganjurkan anak-anak masuk paket B, atau sekolah di luar daerah. Kalian (disdik) jangan lari dari tanggungjawab,” ucap Reza, Sabtu (16/7/2022).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Dalam UUD 45, lanjut Reza, pemerintah diamanatkan memberikan hak dasar pendidikan bagi setiap warga negara. Karena itu, seyogyanya penyelenggara pendidikan di Kota Bekasi dapat melaksanakan kewajiban tersebut.

BACA JUGA :  Disdik Kota Bekasi Memiliki Tekad Kuat Dalam Kebangkitan Kinerja

“Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Itu bunyi UUD 45 BAB XIII, Pasal 31 ayat (1). Di dalamnya tidak ada pendikotomian, baik itu anak kaya atau miskin, suku jawa, sunda, batak dan sebagainya. Semua memiliki hak yang sama, yaitu memperoleh pendidikan,” jelas Reza menyikapi pernyataan Sekretaris Dinas Pendidikan dibeberapa media massa mengenai solusi terhadap 9 ribu anak.

“Mereka anak-anak ingin sekolah agar cerdas dan menjadi harapan bangsa di masa depan. Kalau kalian (disdik) solusinya seperti itu, berarti patut dicurigai bahwa kalian berupaya menciptakan pembodohan massal di Kota Bekasi,” ketus Reza.

Lontaran penolakan juga diutarakan Ridwan, salah seorang warga Kampung Rawa Semut Kelurahan Margahayu Bekasi Timur. Ridwan mengaku dirinya tidak terima anaknya sekedar mengikuti paket B. Pasalnya, program tersebut hanya mengejar formalitas, bukan lembaga mencerdaskan anak.

BACA JUGA :  Polemik SK Baru Kepengurusan Partai Gerindra, KPU Kota Bekasi Diingatkan Berpegang pada SIPOL

“Saya ingin anak sekolah reguler, bukan paket pendidikan seperti itu. Kalau ke pesantren atau sekolah ke luar daerah pasti biayanya besar. Pemerintah harus pikirkan ini,” kata Ridwan saat dikonfirmasi.

Hal senada diucapkan Mulyo Wihono, ia keberatan dengan usulan disdik tersebut. Kata dia, meski bukan orang kaya harta, anaknya yang ditolak masuk sekolah negeri adalah harapan bangsa ke depan. Karena itu, pendidikan yang mumpuni harus ditempuh.

“Saya bukan orang kaya, tapi bukan berarti perlakuan pemerintah harus seperti ini. Masa anak saya hanya diberi kesempatan paket B. Saya ingin nasibnya lebih baik dari orangtuanya,” ucap pria berprofesi sebagai tukang servis AC yang berdomisili di Jatibening, Pondokgede Kota Bekasi ini.