WAWAINEWS – Lampung dengan segala keberagaman budaya yang dikenal dengan dua dialek Api (I) dan Nyo (O) terbagi dalam masyarakat adat Saibatin dan Pepadun.
Keragaman budaya suku Lampung berjuluk Sang Bumi Ruwa Jurai ini, ternyata beberapa di antaranya memiliki keunikan tersendiri. Tapi saat ini banyak budaya itu mulai tergerus oleh zaman.
Berikut tujuh adat istiadat atau tradisi lokal yang unik dan populer dulunya di Lampung.
1. Dikir
Seni Dikir, merupakan salah satu kesenian dari Lampung, terutama dialek ‘O’ cukup akrab dengan seni yang tak ubahnya berbalas pantun dengan beragam sampiran syair nya itu.
Keberadaannya sekarang ”mati segan hidup tak mau”.
Dulu, hingga era tahun 1990-an, Seni Dikir, menjadi favorit setiap ada acara besar seperti pernikahan, sunatan dan lainnya.
Dikir sebagai seni pertunjukan yang dimainkan oleh dua grup perempuan dan laki-laki. Mereka akan saling berbalas syair layaknya pantun tapi dengan menggunakan bahasa daerah Lampung.
Dari masing-masing pemain seni Dikir mereka saling berhadapan menggunakan rabbana untuk ditabuh setelah selesai berpantun dengan nada khas tersendiri, seolah tengah membaca mantra ataupun gaya tersendiri tergantung asal daerah dalam hal ini desanya.
2. Ngayak atau Acara Bujang Gadis
Tradisi Ngayak atau bujang gadis hingga 90-an cukup populer terutama di wilayah Lampung Timur.
Acara Ngayak tersebut, biasa digelar saat pernikahan dengan tarian. Tapi sebelumnya tetua adat seperti panggan berdiskusi dengan pemilik hajat, kemudian mengundang seluruh gadis dan bujang.
Selain mempertemukan antara muli dan mekhanai juga sebagai ajang pencarian jodoh. Di situ muli mekhanai bisa saling berkenalan dan dapat meneruskan ke jenjang selanjutnya seperti pernikahan.
Biasanya bujang dan gadis berbalas surat, sambil menunggu waktu gilirannya untuk menari bersama penganten wanita.
Sambil menunggu giliran tari khas Lampung disela-sela itu biasanya pemuda mengajak ngobrol langsung bagi pemuda yang buta huruf atau menuliskan surat hanya sekedar mengungkap kan perasaan kepada sang gadis yang disukainya.
Biasanya gadis di dudukkan ditengah dan dikelilingi pemuda dengan jarak dua meter duduk melantai diatas tikar.
3. Manjau atau apel ke Rumah Gadis Lewat Dapur
Tradisi manjau atau apel dengan gadis yang disukainya dulu biasa dilakukan lewat dapur. Tradisi ini pun masih berlangsung hingga tahun 90-an akhir dimana pemuda ngapel melalui dapur dan hanya ngobrol dengan gadis pujaannya melalui celah lobang papan.
Dulu dapur banyak terbuat dari geribik, biasanya lepas isya maka pemuda bergerombol dan merancang dapur gadis pujaannya. Jika gadisnya cantik, maka pemuda akan mengantri untuk hanya sekedar ngobrol melalui dapur.
Biasanya orang tua lelaki yang memiliki anak gadis akan paham dan keluar rumah setelah lepas isya. Kemudian mengatur pertemuan saya hari libur.
Selanjutnya adalah..