LAMTIM – Nasib Hamidah (50), janda dhuafa yang ditinggal mati suaminya dengan anak empat ini, tak segemerlap lampu listrik seperti di iklan itu.
Tiang listrik yang melintasi Dusun VI, Desa Negara Batin, Kecamatan Jabung, Lampung Timur, belum mampu dinikmatinya, akibat ketidakmampuan untuk biayai pasang baru meteran PLN. Padahal sebentar lagi menjelang HUT RI ke-76. Tapi Rumah, Hamidah masih menggunakan lampu minyak untuk menerangi rumahnya di malam hari.
Hamidah, bersama anak lelakinya yang masih berusia 7 tahunan tinggal di sebuah rumah bilik bambu dengan jendela ditutup mati dengan lempengan papan seadanya, dipenghujung desa Negara Batin. Satu anak perempuannya ia dititipkan di salah satu yayasan di Bandar Lampung agar bisa lanjut sekolah.
6 Tahun lamanya Hamidah, pasrah menempati rumah bilik bambu, dipenghujung desa yang sepi itu dengan hanya menggunakan lampu teplok yang dibuatnya menggunakan bahan bakar solar. Tidak ada televisi apalagi perangkat elektronik lainnya yang dimiliknya.
Berbeda dengan rata-rata rumah lain di Dusun yang lebih dikenal Bawang Kijang itu, yang telah permanen dan diterangi lampu listrik. Rumah Hamidah hanya bilik bambu dinding geribik, tanpa sambungan listrik. Kisah ini hanya lempengan kecil dari potret kemiskinan di Lampung Timur.
Hamidah meski diusianya 50 tahun harus bekerja sebagai kuli angkut batu keriting disekitar lingkungannya untuk biaya hidup dengan anaknya.
Himpitan ekonomi tentu membuatnya pasrah menggunakan lampu minyak solar sebagai penerangan setelah seharian bekerja keras lazimnya dilakukan lelaki itu. Ingin nyambung kabel dari rumah tetangga Hamidah khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

“Saya mau pasang baru tidak mampu, karena bayarnya diatas Rp2 jutaan, itu biasanya lewat calo begitu informasi yang saya terima. Kondisi sekarang berharap bisa pasang listrik agar anak bisa belajar,”ungkap Hamidah kepada Wawai News, Jumat (6/8/2021).
Setiap bulan ia mengaku kerap mendapat bantuan sosial seperti dari Ikatan Jabung Sai (IJS) berupa sembako seperti beras dan lainnya. Kondisi dua anaknya diakuinya mengalami juga masih berjuang, tapi masih kesulitan ekonomi hingga belum bisa membantunya. Satu anak Hamidah telah menikah.
Zainal pengurus IJS kembali mengetuk hati para dermawan untuk mewujudkan keinginan Hamidah, agar rumahnya bisa terang benderang meski hanya dengan aliran listri 1 R. Jika ada dermawan terketuk setelah membaca kisah hamidah bisa hubungi ke +62 853-8122-2882.(*)