Kabar DesaLampungPertanian

Inspiratif, Desa Belimbingsari Mengubah Lahan Tadah Hujan Jadi Produktif

×

Inspiratif, Desa Belimbingsari Mengubah Lahan Tadah Hujan Jadi Produktif

Sebarkan artikel ini
Petani di Desa Belimbing Sari Mulai menandur Padi. Mereka saat ini tak lagi cemas, dan bisa panen dua kali setahun diatas lahan tadah hujan,

LAMTIM – Sektor petanian saat ini menjadi salah satu tulangpunggung utama di Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. Hal itu setelah lahan tadah hujan berubah jadi produktif.

Petani diperbatasan paling Tenggara, Bumi Tuah Bepadan itu, diuntungkan karena dilintasi Way Sekampung, yang dimanfaatkan dengan teknologi khusus. Saat ini mereka tak lagi cemas bersukaria mulai menandur padi tak terhalang oleh kondisi alam. Air melimpah, kini penghuni desa menjadi gemah ripah dan tidak lagi harus mencari kerjaan diluar.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, setidaknya saat ini memiliki 1.192 hektar areal sawah produktif dan dalam setahun petani bisa panen dua kali. Kondisi saat ini berubah drastis jika dulu hanya sekali setahun kemudian suasana desa sepi ditinggal penduduknya karena harus bekerja di luar. Saat ini banyak warga betah di kampung dan lebih memilih bertani.

BACA JUGA :  10 Kabupaten di Lampung Gelar Pilkades 2021

Seperti apa kisahnya,mengolah lahan tadah hujan menjadi produktif, tak terlepas dari tangan dingin Sumardi sang kepala desa Belimbing Sari, yang kreatif untuk memajukan desanya. Idenya setidaknya telah memberi inspirasi karena mampu memanfaatkan sumber daya alam disekitar untuk dimanfaatkan bagi kemajuan desa.

kondisi sawah diatas lahan tadah hujan yang dikembangkan di Desa Belimbing Sari

Sumardi setidaknya mampu memanfaatkan aliran Way Sekampung yang melintasi desa mereka. Hal itu berawal dari tahun 2007 silam sejak ia dipercaya memimpin desa itu. Secara bertahap ia pun mulai melakukan beragam terobosan. Dan kini, desa Belimbing Sari terkenal menjadi sentra padi di Tenggara Lampung Timur.

“Dulu, hanya 40 hektar lahan produktif, itu milik saya dan tetangga dengan membeli mesin dan peralatan penyedot air untuk mengaliri garapan sawah,”ujar Sumardi kepala Desa Belimbingsari, Selasa (3/8/2021).

Dengan metode tersebut Sumardi, mengakui lahan 40 hektar bisa teraliri air hingga menjadi produktif lantaran tidak pernah telat air. Lahan itu sebelumnya hanya lahan basah, mengandalkan musim hujan. Tapi sekarang petani tidak lagi bergantung pada musim hujan.

BACA JUGA :  Aparatur Desa Bauh Gunungsari Tarik Biaya Pembuatan SKT, Jumlahnya Bervariasi

Melihat sawah milik Sumardi produktif walau di musim kemarau Petani lain meminta agar sawahnya juga dialiri air yang diambil dari sungai way sekampung.

Tak kurang akal Sumardi membeli mesin dan alat penyedot air yang lebih besar. hingga akhirnya pada masa jabatan nya sebagai kepala desa masuk periode kedua Sumardi telah membuat 4 Mesin penyedot air untuk mengaliri sawah di wilayahnya yang mencapai seribu hektar lebih tersebut.

Empat mesin penyedot air rakitanya itu, kini Sawah seluas 1.192 Ha yang ada di Desa Belimbingsari menjadi produktif dan dapat ditanami dua kali dalam setahun.

Namun demikain lanjutnya keberhasilan itu tentunya ada kelemahan, karena petani harus mengeluarkan biaya lebih untuk menjaga ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) Solar.

Dijelaskan empat mesin penyedot air dan 40 mesin kecil untuk membantu menaikkan air dari parit sekunder ke sawah membutuhkan 1.000 liter solar.
Jika bahan bakar terganggu maka petani juga harus menunda kegiatannya di sawah untuk bercocok tanam.

BACA JUGA :  Parah, Dikonfirmasi Wartawan Kapus Kotaagung Malah Kirim Bodyguard Temui Jurnalis

“Itu kendala yang terjadi, bahan bakar menjadi penetu utama dalam bercocok tanam. Tapi, hasil panen padi dari Desa Belimbing Sari sudah terjual hingga ke luar provinsi, bahkan Para pengusaha beras biasanya sudah menanam modal lebih dulu kepada para pemilik pabrik penggilingan padi,”tukasnya.

Kondisi perputaran uang di desanya cukup besar, banyak warganya menolak bekerja di luar dan lebih memilih bertani. Bahkan ia mengklaim saat ini Desa Belimbing Sari adalah Desa paling Makmur diantara Desa Lainnya yang ada di kecamatan Jabung.

“Perputaran Uang dapat di hitung mulai dari awal pengolahan lahan, lalu upah tanam, Perawatan dan upah panen. Untuk satu hektarsawah untuk tanam padi bila di hitung bisa menghabiskan dana Rp5-6 juta , saat ini lebih dari 1.000 ha sawah yang produktif dan bisa tanam 2 kali dalam satu tahun,”pungkasnya. (Nal)