Ekonomi

Giliran Perajin Tempe Berencana Mogok Produksi

×

Giliran Perajin Tempe Berencana Mogok Produksi

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Tempe

WAWAINEWS – Setelah minyak goreng langka beberapa waktu terakhir ini, muncul rencana pengrajin tempe mogok produksi pada 21-23 Februari 2022.

“Harga kedelai yang terus mengalami kenaikan dalam sepekan menjadi pemicu utama aksi mogok yang akan dilaksanakan ini,”kata Aip Syarifudin Ketua umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menurutnya DKI itu artinya 5 wilayah meliputi Jabodetabek, kemudian ikut lagi Bogor, Cianjur, Jawa Barat. Sekarang diikutin lagi Jawa Tengah, kemudian diikutin lagi para pengrajin dari Jawa Timur.

“Kita gak ngajak mereka untuk demo, tapi malah kami [Gakoptindo-ed] larang. Cuma mereka bilang kalau harganya mahal para pengrajin akan tertekan,” kata dia kepada dilansir dari Tirto, Rabu (16/2/2022).

BACA JUGA :  Kemendag Klaim Harga Tahu dan Tempe Nasional Stabil

Dikatakan bahwa saat ini harga kedelai mencapai Rp11.000/kg. Padahal harga normal yang didapat pengrajin sekitar Rp10.000/kg. Kenaikan mulai terasa pada awal Februari 2022. Kenaikan terjadi setiap hari dalam sepekan.

Aip menggambarkan soal kenaikan kedelai ini. Pada 5 Februari harga kedelai ada di angka Rp10.500, kemudian hari selanjutnya harga kedelai naik Rp10.100/kg, lalu kenaikan terus berlanjut sampai di angka Rp11.000/kg.

“Kedelai selalu ada, kami pengrajin tempe tahu berterima kasih pada pemerintah tapi, makin hari makin naik harganya, kadang sehari awal Februari itu tiap hari naik Rp100-200 dalam seminggu itu 5 kali naik,” terang dia.

Kondisi tersebut membuat para pengrajin harus mengurangi ukuran tahu dan tempe. Pasalnya, jika setiap pengusaha biasa membeli kedelai sebanyak 20 kg/hari sebesar Rp200 ribu, kemudian di hari selanjutnya uang Rp200 ribu tidak cukup untuk membeli 20 kg kedelai.

BACA JUGA :  MinyaKita di Pasar Tradisional Tanggamus Dijual Diatas HET, Sulit Didapat

Kondisi tersebut membuat pengrajin harus mengurangi kuota produksi kedelai untuk diolah menjadi tempe dan tahu.

“Kemendag sudah telepon, dan bilang jangan mogok. Kalau jangan mogok apa yang mau diberikan pada kami? Kami butuh harga kedelai turun. Kami di pengrajin cuma kalau naik terus, kan, harganya, ukurannya jadi kecil, kemudian kami nanti dimarain penjual. Harganya sama kok ukurannya lebih kecil,” kata dia.

Aip pun meminta jika ada kenaikan harga kedelai, tidak terjadi setiap hari. Ia juga meminta pemerintah untuk mengoptimalkan produksi kedelai di dalam negeri agar harga kedelai tidak terlalu mengalami fluktuasi mengikuti harga kedelai internasional.

Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan sebelumnya mengatakan harga tahu dan tempe di dalam negeri akan naik karena melonjaknya harga kedelai internasional.

BACA JUGA :  Harga Manggis Tak Semanis Rasanya di Tanggamus, Lebih Murah dari Kerupuk

Hal ini terjadi karena kedelai menjadi bahan baku utama dalam memproduksi dua makanan kegemaran masyarakat Indonesia tersebut. “Kondisi kedelai di dunia saat ini terjadi gangguan suplai.

Kalau saya melihat di Brazil terjadi penurunan produksi kedelai, di mana awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia,” kata Oke saat konferensi pers secara virtual, Jumat (11/2/2022).