Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 21/02/2025
WAWAINEWS.ID – Orasi. Itulah ketika Aidit dibawa ke dekat sumur tua di Boyolali. Setelah ditangkap dari persembunyiannya di Desa Sambeng. Belakang stasiun Balapan Solo. Tanggal 22 November 1965.
Rencananya Aidit dibawa ke Semarang untuk diadili. Akan tetapi oleh satuan-satuan militer dibelokkan di perjalanan. Dibawa ke Boyolali. Di hukum mati.
Sebelum di eksekusi, Aidit melakukan orasi berapi-api. Seperti dihadapan massa aksi. Membakar spirit revolusi. Sebelum akhirnya ditembak oleh tentara.
Siapa pengeksekusi Aidit, dijumpai beragam versi. Buku “Matinja Aidit Marsekal Lubang Buaja”, menggambakan adanya saling mendahului antar satuan tentara. Buku itu diterbitkan Kropak Hazera Jakarta tahun 1967. Kemarahan tentara bisa dimaklumi. Pimpinan TNI AD dieksekusi secara kejam. Maka banyak yang ingin menuntut balas.
Yasir Hadibroto juga memberi testimoni. Melalui buku “Diantara Para Sahabat” Presiden Soeharto. Ia menulis dengan judul “Pak Harto Tangguh dan Berbobot”.
“Pak Harto mengirim telegram agar saya membawa Brigade Infantri IV/Diponegoro ke Jateng. Tanggal 12 Oktober saya menghadap di Kostrad”. Begitu tulis Yasir.
Yasir dan Brigadenya ditugaskan menyusul Sarwo Edie menumpas PKI di Jawa Tengah. Bulan berikutnya, 23 November 1965, Yasir menghadap Pak Harto di Gedung Agung Yogyakarta. Ia melaporkan kesalahannya telah membunuh Aidit.
“Kalau saya dianggap salah oleh Bung Karno dan mau dihukum gantung, saya sudah siap untuk dihukum. Bukan orang lain. Pak Harto tidak pernah memerintahkan membunuh Aidit. Eksekusi itu saya lakukan dengan inisiatif sendiri”. Begitu penuturan Yasir.