LAMPUNG TIMUR — “Limbah turun lagi! Lihat tuh, ikannya ngambang semua!” teriak seorang warga yang tengah memeriksa bubunya di tepian Sungai Way Sekampung tercemar di sekitaran Desa Gunung Sugih Besar, Lampung Timur baru baru ini.
Warga di sepanjang aliran sungai Way Sekampung kembali dibuat gelisah. Limbah kembali terjadi, padahal baru sebulan lalu dari heboh persoalan limbah yang sama dan belum ada tindakan tegas apapun dari Pemerintah.
Diketahui bahwa, persoalan Way Sekampung tercemar limbah sudah jadi langganan tetap terus terjadi dan terjadi. Warga menyebut kejadian ini sebagai ‘langganan tahunan’. Tapi sayangnya, tanpa solusi konkret dari pemerintah daerah baik Provinsi apa lagi dari Pemkab Lampung Timur.
“Sudah sering seperti ini. Ikan-ikan mati, air berbau busuk. Tapi sampai sekarang enggak pernah ada yang benar-benar ditindak,” keluh seorang warga Desa Gunung Sugih Besar, yang mengaku mata pencahariannya makin sulit karena kondisi sungai tak menentu.
Diketahui bahwa, tak jauh dari aliran sungai, berdiri sejumlah pabrik yang hingga kini aktivitasnya masih menjadi misteri bagi warga. Dugaan kuat mengarah pada praktik pembuangan limbah cair langsung ke sungai. Namun siapa yang benar-benar bertanggung jawab, tak pernah ada kejelasan.
“Pemerintah cuma janji. Katanya mau tindak, mau proses, tapi mana? Kami tetap makan ikan yang mati mendadak,” tambah warga lain dari Desa Gunung Raya, sembari menunjukkan kantong plastik berisi ikan-ikan kecil yang ia pungut pagi itu semuanya terapung, tak bernyawa.
Pemerintah Lamtim Kembali Buat Janji, Tapi Kapan Bertindak?
Menanggapi kejadian terbaru, Bupati Lampung Timur Ela Siti Nuryamah akhirnya angkat suara. Saat dikonfirmasi awak media, ia menyatakan, “Ya, nanti akan kita evaluasi. Saya akan segera hubungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk turun ke lokasi, dari Gunung Sugih Besar hingga Jabung. Kami akan cek semua aliran Way Sekampung.”
Pernyataan ini hanya memberi harapan baru, warga menunggu langkah pasti. Mereka menanti aksi nyata, bukan sekadar janji evaluasi yang tak membuahkan hasil.
Way Sekampung bukan hanya sungai biasa, ada banyak warga mengandalkan penghasilan dari aliran Sungai Way Sekampung untuk menyekolahkan anak dan biaya lainnya kesehariannya.
Ketika pemerintah terlalu lama diam, warga-lah yang menanggung derita. Limbah terus mengalir, mencemari masa depan. Kini, suara-suara dari tepian Way Sekampung makin nyaring memanggil keadilan, menantang ketegasan Pemerintah Provinsi dan Lampung Timur.***