LAMPUNG BARAT — Jika kamu sedang bosan liburan ke pantai yang pasirnya masuk ke sepatu, atau ke mall yang isinya diskon tapi dompet tetap kosong, mungkin saatnya kamu naik level yakni mendaki Gunung Pesagi.
Tapi hati-hati, gunung ini bukan destinasi healing-healing manja. Gunung Pesagi dikenal sebagai “Si Tampan yang Sadis” pemandangannya bikin jatuh cinta, tapi jalurnya bikin lutut goyah dan napas ngos-ngosan.
Gunung Pesagi terletak di Desa Pekon, Kecamatan Belalau, Kabupaten Lampung Barat. Dengan ketinggian 2.389 meter di atas permukaan laut (mdpl), ia resmi menyandang gelar sebagai gunung tertinggi di Lampung.
Jadi, kalau kamu naik ke sini, bukan cuma mendaki, tapi juga naik derajat sosial (minimal di kalangan pendaki).
Ada dua jalur yang bisa kamu pilih semua menjanjikan tantangan dan penderitaan dalam kemasan pemandangan luar biasa:
- Pekon Bahway ke Pekon Hujung
- Langsung dari Pekon Hujung
Total waktu perjalanan, sekitar 12 jam pulang-pergi kalau cuaca cerah. Kalau hujan? Siapkan tenda, cemilan, dan mental baja.
Bisa jadi kamu baru pulang besok paginya. Ada 6 pos yang bisa disinggahi, dan satu tanjakan ekstrem bernama Tangga Langit diberi nama karena setelah naik, kamu bakal sadar kamu sudah setengah jalan menuju surga (atau pingsan).
Dua Puncak, Dua Karakter
Gunung ini punya dua puncak keren:
- Pesagi Lunik (2.262 mdpl): kecil-kecil cabe rawit.
- Pesagi Balak (3.221 mdpl): gede, megah, bikin merinding, dan sayangnya… angka ini keliru. (Catatan: sumber resmi menyebut ketinggian maksimalnya 2.389 mdpl, bukan 3.221. Mungkin gunungnya belum update bio.)
Tak kalah menarik ada mitos lokal menyebutkan bahwa mata air Sumur Tujuh di puncaknya hanya bisa ditemukan oleh pendaki yang “terpilih” alias beruntung.
Kalau kamu ketemu, selamat entah kamu disayang alam atau cuma nyasar ke tempat yang benar.
- Perkebunan Kopi di Jalur Bahway
Salah satu bonus pendakian Gunung Pesagi dari jalur Bahway adalah melewati perkebunan kopi di ketinggian 901 mdpl.
Aroma kopi di tengah hutan bisa bikin semangat naik lalu langsung drop lagi begitu ketemu tanjakan.
Setelah itu kamu akan menjumpai batu-batu besar, hutan primer, dan semak belukar yang membuatmu meragukan kenapa kamu nggak liburan ke hotel saja.
Gunung Pesagi bukan hanya rumah bagi pendaki, tapi juga rumah bagi siamang, anggrek liar, kantong semar, dan harimau. Ya, harimau. Jadi kalau kamu merasa sedang dibuntuti saat mendaki, jangan buru-buru panik. Cek dulu itu pendaki lain atau calon headline berita esok hari.
Pada Pos 2 (1.791 mdpl), biasanya suara siamang akan terdengar riuh. Alam di sini benar-benar hidup. Tapi ingat mereka tinggal di situ, kita cuma numpang lewat. Hormati alam, jangan buang sampah, dan jangan ngajak siamang selfie.
Pancuran Mas: Mata Air Eksklusif
Selain Sumur Tujuh, ada juga Pancuran Mas, sumber mata air lainnya. Tapi kamu harus rela trekking 30 menit dari puncak untuk sampai ke sana. Hitung-hitung bonus kardio sebelum pulang.
Gunung Pesagi, Destinasi untuk yang Siap Lelah dan Bahagia
Gunung Pesagi bukan tempat untuk “healing cepat, feed Instagram, lalu pulang.
“Ini adalah tempat untuk kamu yang ingin diuji: fisik, mental, dan kadang kesabaran. Tapi begitu sampai puncak, semua terbayar lunas dengan pemandangan yang tak hanya cantik, tapi juga spiritual.
Dan jangan lupa kalau kamu berhasil menemukan Sumur Tujuh, tolong catat koordinatnya. Biar pendaki setelahmu nggak cuma mengandalkan hoki.***