BEKASI — Sebuah toko di kawasan Jatisampurna, Bekasi, diam-diam menjelma jadi “apotek neraka” dengan omzet harian selangit dari menjual obat-obatan terlarang.
Lokasinya, strategis, tersembunyi di bekas lahan pabrik, nyaris seperti warung sembako spiritual, tapi spesialis bikin orang hilang arah.
Dalam penggerebekan oleh Polsek Cileungsi, Sabtu (12/7/2025), toko ini ternyata bukan kelas eceran pinggir jalan. Skalanya sudah semi grosir, melayani “agen-agen” dari berbagai kota seperti Cianjur hingga Purwakarta.
Dalam waktu hanya 4 jam operasi, toko ini mampu meraup Rp4 juta, membuktikan bahwa ‘bisnis kegelapan’ tetap punya pasar cerah sayangnya, bukan di hati nurani.
“Kalau hari biasa bisa Rp4 juta. Weekend? Bisa sampai Rp10 juta. Jadi ini bukan warung receh, tapi beneran ‘ritel farmasi underground’,” ujar Kapolsek Cileungsi Kompol Edison, sembari menunjukkan tumpukan barang bukti.
Jam buka toko pun elegan mulai pukul 11.00 pagi hingga 22.00 malam. Jam operasional lebih panjang dari minimarket, tapi jelas tidak masuk dalam jaringan franchise legal.
Para pembeli bukanlah warga sekitar yang butuh vitamin, melainkan “distributor lanjutan” yang turut meramaikan rantai pasok barang haram.
Tiga orang pegawai toko diamankan dalam penggerebekan. Peran mereka lengkap, dari kasir hingga layanan pelanggan ala-ala apotek, minus izin resmi dan kode etik profesi farmasi.
“Mereka mengaku hanya pekerja, digaji Rp150 ribu per hari. Nggak tahu siapa bosnya. Model kerja freelance, tapi bahaya full-time,” lanjut Edison.
Sementara itu, pemilik toko masih buron, dan konon berasal dari Aceh. Pria misterius ini seperti hantu korporat tidak pernah muncul, tapi hasil kejahatannya nyata dan kasatmata.
“Pemiliknya tidak pernah kelihatan, tapi ‘usaha’ jalan terus. Yang pasti, penggerebekan ini menggagalkan peredaran 5.000 butir obat-obatan terlarang,” tegas Edison.***