Scroll untuk baca artikel
PendidikanZona Bekasi

Kota Bekasi Darurat Guru, Komisi IV: Anggaran Rp1,8 Triliun, Solusi Guru Magang ala “Coba-Coba”

×

Kota Bekasi Darurat Guru, Komisi IV: Anggaran Rp1,8 Triliun, Solusi Guru Magang ala “Coba-Coba”

Sebarkan artikel ini
Wildan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi

KOTA BEKASI – Kekurangan guru di Kota Bekasi tampaknya sudah naik level, dari masalah pendidikan, menjadi legenda daerah. Data terbaru menunjukkan, hingga saat ini, kekurangan guru untuk jenjang TK, SD, dan SMP mencapai 3.600 orang.

Ironisnya, angka ini melesat di tengah sorotan anggaran Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi yang tiap tahun menyerap lebih dari 20 persen APBD atau sekitar Rp 1,8 triliun.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Wildan, mengaku miris. Menurutnya, sejak dulu sampai sekarang, solusi yang ada cuma “gali lubang, tutup lubang, terus lubangnya dipinjemin ke tetangga”.

Lebih tragis lagi, ide brilian Disdik Kota Bekasi untuk mengatasi kekurangan guru adalah mengimpor mahasiswa magang. Jumlahnya 200 orang. Padahal butuh 3.600 guru.

“Anak Kota Bekasi itu bukan kelinci percobaan untuk praktik ngajar mahasiswa. Kalau mau magang ya silakan, tapi jangan sampai ilmu anak-anak cuma setebal laporan PKL,” sindir Wildan saat wawancara media, Rabu 13 Agustus 2025.

Wildan menambahkan, kalau mau serius, minimal 1.000 mahasiswa magang ditempatkan tepat sasaran bukan disebar acak seperti hadiah doorprize lomba 17 Agustus yang dapatnya ember, padahal berharap sepeda.

Anggota Komisi IV lain, Ahmadi Madonk, bahkan lebih blak-blakan. “Ini bukan cuma kurang serius, tapi sudah masuk kategori pembiaran. Pemkot dan Disdik sudah lama abai. Bagaimana mau bicara mutu pendidikan kalau gurunya saja nggak ada? Ini sama saja seperti restoran bintang lima tapi chef-nya cuma dua orang, sisanya pelayan magang,” ketusnya.

Menurut Madonk, semua pihak selama ini hanya lihai lempar tanggung jawab. Disdik bilang tak bisa mengangkat guru karena kewenangan pusat, tapi tak pernah juga benar-benar koordinasi.

“Yang dikasih anak-anak cuma makanan bergizi gratis, tapi ilmunya nggak ada. Batinnya kosong. Mau jadi apa generasi kita?” katanya, separuh geram separuh lelah.

Jangan sampai orang tua murid di Bekasi hanya bisa berdoa semoga tahun depan anak-anak mereka diajar oleh guru sungguhan, bukan mahasiswa magang yang masih sibuk membedakan RPP dengan skripsi, atau memanggil murid dengan “maaf, namanya siapa tadi?”.***

SHARE DISINI!