KOTA BEKASI – Jumat malam (15/8), suasana Polsek Bekasi Selatan mendadak berubah seperti ruang kelas konseling. Pasalnya, Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, hadir untuk “mengajar kilat” tiga anak muda yang diamankan usai aksi vandalisme di Jembatan Layang Ahmad Yani.
Aksi corat-coret itu sebenarnya bukan tawuran antar-geng atau pesan politik, melainkan, kejutan ulang tahun untuk sang pacar. Romantis? Mungkin bagi mereka. Bikin malu se-Bekasi? Jelas iya.
Tiga remaja itu terdiri dari sang pelaku yang tangannya gatal memegang cat, si kekasih yang jadi alasan “hadiah mural instan”, dan seorang teman yang entah perannya apa selain jadi saksi sejarah kebodohan.
Tri Adhianto dengan gaya setengah wali kota, setengah dosen pembimbing skripsi, langsung memberi wejangan: jangan sekali-kali menjadikan fasilitas umum sebagai papan ekspresi cinta. “Yang marah bukan cuma saya, tapi seluruh warga Kota Bekasi. Ini bukan soal sepele. Fasilitas umum itu milik bersama, bukan buku diary,” tegasnya.
Tak hanya ceramah, Tri juga memberi “hukuman sosial”: para remaja itu harus menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada publik. Menurutnya, permintaan maaf ini penting bukan cuma untuk menebus kesalahan, tapi juga agar warga tahu bahwa mural cinta ini memang “tidak layak tayang” di ruang publik.
Meski begitu, Tri tak ingin dianggap wali kota anti-kreativitas. Ia janji membuka lebih banyak ruang bagi anak muda Bekasi untuk berekspresi, mulai dari lomba mural resmi, festival seni jalanan, hingga panggung ekspresi yang tidak bikin Satpol PP angkat tangan.
“Kreativitas itu penting, tapi jangan salah alamat. Jangan sampai cinta yang mestinya bikin bahagia, malah berujung di kantor polisi. Kami siapkan wadahnya, biar energi kalian tersalurkan positif dan catnya tidak nyasar ke jembatan,” pungkasnya.
Dengan begitu, kejutan ulang tahun ala “cinta vandal” ini resmi tamat riwayatnya. Pelajaran moralnya jelas: kalau mau nulis “I love you selamanya”, lebih baik di kertas kado, bukan di tiang jembatan.***