Scroll untuk baca artikel
Budaya

Pawai Budaya Pugung Raharjo: Peserta Menyusut, Penonton Meluap, Bendera Nyeleneh Ikut Berkibar

×

Pawai Budaya Pugung Raharjo: Peserta Menyusut, Penonton Meluap, Bendera Nyeleneh Ikut Berkibar

Sebarkan artikel ini
Peserta Pawai HUT RI di desa Pugung Raharjo Sekampung Udik, Lampung Timur beragam budaya keluar termasuk budaya korupsi, Minggu 17 Agustus 2025 - foto doc

LAMPUNG TIMUR – Pawai budaya Desa Pugung Raharjo tahun ini terasa seperti sinetron dengan episode dipangkas separuh. Kalau tahun lalu peserta tumplek blek seperti antrean sembako, kini jumlahnya menyusut drastis mirip saldo e-wallet habis dipakai bayar cicilan.

Koordinator lapangan, Hari Wibowo, jujur mengaku peserta memang lebih sedikit dibanding tahun lalu. Sayangnya, alasan jelas kenapa jumlah peserta menyusut ikut menguap bersama asap bakaran sate pinggir jalan. “Ya begitulah…” jawabnya singkat, membuat publik bertanya-tanya: ini karena efisiensi, anggaran yang diet ketat, atau gara-gara warga lebih memilih jadi penonton ketimbang capek jalan?

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Namun jangan salah. Walau peserta makin tipis, penonton justru makin menggila. Jalan utama desa berubah jadi tribun stadion gratis. Semua kelas sosial duduk sejajar: dari bapak-bapak pakai sarung sampai emak-emak dengan kipas tangan. Mereka rela berjubel demi menyaksikan parade yang kali ini lebih mirip “drama bersambung”: putus-putus, jeda panjang, lalu lanjut lagi.

BACA JUGA :  Tempat Usahanya Dituding Penyebab Pencemaran Lingkungan, Dulah Tantang Warga untuk Buktikan

Peserta yang tampil pun tetap kreatif, meski jumlahnya terbatas. Ada anak-anak sekolah dari TK sampai SMA, juga organisasi masyarakat. Kostum yang dipamerkan beragam, dari superhero lokal yang karet maskernya hampir putus, sampai drama kolosal dengan jumlah penonton tiga kali lipat dari pemainnya.

Tema-tema yang diusung pun tak kalah unik. Ada yang serius dengan “Stop Bullying”, ada pula yang latah ikut tren viral di Malaysia. Paling bikin kening berkerut, muncul bendera “One Space” berkibar di tengah karnaval.

Penonton pun mendadak bingung: ini pawai budaya, karnaval globalisasi, atau parade persiapan misi luar angkasa Elon Musk cabang Sekampung Udik?

Sayangnya, tidak semua penonton puas. Beberapa justru pulang dengan wajah masam. “Beda ya dari tahun lalu. Sekarang sepi banget, ini pun pawainya putus-putus,” keluh seorang warga yang lebih kecewa daripada penonton sinetron ketika pemeran utama mendadak diganti.

BACA JUGA :  Gedung Sate Bandung Jadi Cagar Budaya untuk Kegiatan Pemerintahan

Meski begitu, satu hal tetap tak berubah, pawai budaya selalu jadi ajang temu kangen warga, kesempatan unjuk gigi outfit terbaik, sekaligus arena gosip berjalan. Dan meski pesertanya menipis, bahan pembicaraan meluap deras dari isu bullying, tren negeri tetangga, sampai bendera misterius yang mungkin bikin NASA kepo.

Pawai boleh sepi, tapi humor dan satirnya tetap penuh warna. Bukankah itu inti dari budaya kita?.***