Scroll untuk baca artikel
Wisata

Tragedi di Danau Kemuning Lamtim, Orangtua Korban Tuntut Pengelola Bertanggung Jawab

×

Tragedi di Danau Kemuning Lamtim, Orangtua Korban Tuntut Pengelola Bertanggung Jawab

Sebarkan artikel ini
Keluarga korban pelajar SMP yang jadi korban tragedi tenggelam di danau kemuning, berharap pengelola wisata bertanggung jawab Selasa 19 Agustus 2025.- foto Jali

LAMPUNG TIMUR – Suasana duka menyelimuti rumah keluarga Albadri (68) di Dusun 1, Desa Tulung Pasik, Kecamatan Mataram Baru. Di balik wajah tuanya tampak jelas kesedihan seorang ayah yang kehilangan putra bungsunya, Adi Setiawan (14), pelajar SMP yang meninggal akibat tenggelam di objek wisata Danau Kemuning, pada Jumat (15/8/2025).

“Nyawa anak saya tidak bisa kembali, tapi kejadian ini harus diusut. Jangan sampai ada korban lagi karena kelalaian,” ucap Albadri lirih, Selasa (19/8/2025).

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Nada suaranya lirih, tapi jelas, ia menuntut pertanggungjawaban pengelola dan aparat.

Danau Kemuning, yang kerap dipromosikan sebagai “destinasi wisata murah meriah”, kini menyisakan tanda tanya besar. Fasilitas pengamanan dinilai minim, bahkan sekadar pelampung atau penjaga keselamatan nyaris tak terlihat.

Ironis, sebuah lokasi wisata air yang mengundang anak-anak berenang, tapi tidak dilengkapi standar pengamanan memadai.

“Ini bukan pertama kali ada korban jiwa di Danau Kemuning. Tapi setiap kali tragedi terjadi, pengelola hanya sibuk menutup lubang masalah dengan kata-kata ‘musibah’. Padahal musibah bisa dicegah kalau ada keseriusan,” sindir warga lainnya.

Andi Imron (39), kakak korban, menceritakan detik-detik keluarga mendapat kabar buruk itu. “Kami diberitahu setelah adik kami ditemukan sudah tak bernyawa. Padahal sebelumnya ia pergi hanya untuk bermain bersama teman-temannya,” kenangnya.

Menurut Andi, polisi sudah meminta keterangan sejumlah saksi. Namun, ia mendesak agar penyelidikan tidak hanya berhenti di permukaan. “Kami menduga ada unsur kesengajaan atau setidaknya kelalaian berat. Biarlah polisi yang mengusut, tapi kami ingin kasus ini terang-benderang,” katanya.

Tragedi ini menyingkap ironi, destinasi wisata daerah kerap digembar-gemborkan demi promosi pariwisata, tapi soal keselamatan pengunjung seperti jadi “fitur tambahan” jika ada, syukur, jika tidak, ya dianggap takdir.

Fakta bahwa Adi tenggelam saat berenang dengan enam rekannya menegaskan satu hal: anak-anak bisa dengan mudah mengakses danau tanpa ada pengawasan.

“Kalau hanya sekadar jual tiket masuk, siapa pun bisa. Tapi kalau bicara keselamatan, itu butuh komitmen,” kata warga.

Masyarakat Lampung Timur tahu betul: memasang baliho “Ayo Wisata ke Danau Kemuning” bisa dalam semalam.

Tapi memasang papan peringatan atau menyediakan tim penyelamat air? Entah kapan.

Tragisnya, nyawa remaja melayang justru karena kelalaian yang seharusnya bisa dicegah.

“Kalau begitu terus, lama-lama bukan Danau Kemuning, tapi Danau Kenangan kenangan pahit keluarga yang ditinggalkan,” celetuk seorang warga, getir tapi mengena.

Bagi keluarga Albadri, kepergian Adi Setiawan adalah luka yang tak tergantikan. Tapi mereka berharap tragedi ini menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah, pengelola wisata, dan aparat hukum.

“Kami hanya ingin ada keadilan. Jangan sampai anak-anak lain bernasib sama seperti adik kami,” ujar Andi dengan mata berkaca-kaca.***

SHARE DISINI!