JAKARTA – Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kembali menghadirkan tontonan politik yang lebih mirip sinetron azab ketimbang forum partai Islam. Versi resmi dari kubu Muhammad Mardiono menyebut dirinya sudah terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum. Tapi tunggu dulu—versi Romahurmuziy (Romy) justru menyebut kabar itu hoaks level dewa, alias klaim sepihak.
Versi Mardiono: “Saya Sudah Sah!”
Pimpinan sidang, Amir Usmara, dengan lantang mengetuk palu dan mengumumkan:
“Selamat untuk Pak Mardiono, terpilih secara aklamasi.”
Menurut Amir, 30 DPW sudah sepakat, keributan sudah lewat, tinggal menyusun formatur, dan PPP aman sentosa.
Mardiono pun langung menggelar konfrensi pers dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada kader yang hadir.
Klaimnya: 80 persen muktamirin setuju dirinya lanjut, semua proses sah menurut AD/ART, dan percepatan muktamar adalah solusi biar keributan tidak jadi tontonan nasional.
Singkatnya, versi Mardiono, meski ada sedikit kursi terbang, toh PPP tetap bulat di bawah dirinya.
Versi Romy: “Hoaks! Klaim Aklamasi Itu Akal-Akalan”
Sayangnya, narasi ini langsung ditembak jatuh oleh Romahurmuziy. Dengan nada sinis, ,melalui akun resminya ia menyebut kabar aklamasi itu “palsu, klaim sepihak, tidak bertanggung jawab, dan upaya memecah belah PPP.”
Menurut Romy, pada pukul 22.30 WIB sidang justru masih berlangsung, baru sampai Paripurna IV. Agenda resmi baru meliputi tata tertib, LPJ, pemandangan umum, dan jawaban DPP. Belum ada agenda pemilihan ketum, apalagi aklamasi.
Ia menambahkan, saat pidato pembukaan saja Mardiono sudah diteriaki “Yang Gagal Mundur” dan “Perubahan” dari segala penjuru. Dengan hawa penolakan seganas itu, Romy menyebut “tidak masuk akal kalau ujung-ujungnya jadi aklamasi.”
Romy bahkan menyindir media yang ikut menyiarkan klaim aklamasi. Katanya, jangan-jangan itu berita “paket iklan” dari kubu Mardiono.
PPP: Dari Partai Islam Jadi Partai Ilusi
Dua versi ini menimbulkan pertanyaan publik: sebenarnya Muktamar X PPP sedang menggelar forum tertinggi partai, atau panggung sulap politik?
Di satu sisi ada kubu yang menegaskan “semua sah, sudah diketuk palu.” Di sisi lain ada kubu yang membantah: “palu belum sampai, apalagi kursi masih beterbangan.”
Hasilnya, PPP yang dulu partai besar kini malah jadi bahan tertawaan: terjebak antara aklamasi versi klaim dan realita versi rekam video.***