KOTA BEKASI — Pernyataan manis dari Kepala Bidang Pasar Disperindag Kota Bekasi, Budiman, soal dimulainya kembali proyek revitalisasi Pasar Kranji Baru sejak 1 Oktober 2025, justru jadi pemantik bara.
Alih-alih disambut tepuk tangan, para pedagang malah geleng-geleng kepala dan bertanya, “Ada apa sebenarnya dengan Pemkot Bekasi?”
Kabid Pasar bilang, dua tahun lagi pedagang bisa menempati pasar baru. Tapi buat pedagang yang sudah tujuh tahun hidup di TPS seadanya, dua tahun itu terdengar seperti janji politisi saat kampanye, manis di awal, pahit di akhir.
Sri Mulyono, tokoh pedagang yang sudah kenyang menghadapi janji-janji proyek, menyebut pernyataan Budiman terlalu polos atau terlalu berani. “Ini Kabid kurang kerjaan kali,” ujarnya, tak menahan sindiran.
“PT ABB dari awal aja gak punya kemampuan finansial, sekarang kok bisa-bisanya dibilang siap bangun dalam tempo 24 bulan? Emang mereka dapet wangsit dari proyek yang mangkrak?”imbuhnya, Rabu.
Sri Mulyono melanjutkan dengan catatan panjang yang kalau dijilid bisa jadi buku berjudul “Kisah Mangkraknya Pasar Kranji: “Dari Janji Sampai Janji Lagi.”
Menurutnya, untuk membangun TPS (Tempat Penampungan Sementara) saja butuh 30 bulan alias dua setengah tahun. “Itupun kalau gak ada pengurus RWP dan Tim 29, mungkin TPS itu cuma tinggal papan nama. Sekarang aja kontraktor yang diajak kerja sama, sama PT ABB masih belum dibayar Rp2,5 miliar!” ujarnya.
Sudah tujuh tahun proyek ini jalan di tempat, katanya, dan yang dibayar baru “janji manis”. Bukan cuma kontraktor, vendor lain juga belum dibayar, ditambah kompensasi ke Pemkot Bekasi sebesar Rp16,5 miliar yang entah nasibnya di mana.
“Udah dibayar belum tuh kompensasinya? Atau masih disicil pakai niat baik?” sindirnya. “Jangan-jangan Kabid-nya juga gak tahu. Kalau PT ABB dan PT Erra Global Cipta ini bener-bener punya modal, ya bagus. Tapi kalau enggak, ya jelas mereka cuma calo proyek berkedok pengembang.”
Ia juga mempertanyakan addendum yang jadi dasar proyek dilanjutkan. “Isi addendum itu apa? Siapa yang tanda tangan? Udah diserahkan belum SPL dan SPK-nya? Hasil audit Inspektorat aja udah jelas: PT ABB wanprestasi sejak Februari 2025. Tapi anehnya, malah mereka yang diteruskan. Logika dari mana itu?” katanya, heran bercampur geli.
Menurutnya, aroma tak sedap dari proyek ini makin kuat bukan dari pasar, tapi dari ruang rapat Pemkot Bekasi. “Kayaknya ada yang takut kehilangan ‘hubungan baik’ dengan PT ABB. Padahal yang dizalimi itu pedagang, yang disayang malah pengembang,” ujar Srimulyono berapi-api.
Ia menutup dengan seruan khas pedagang:
“PT ABB yang sudah zolim kepada pedagang malah dipertahankan. Ini Bekasi apa taman bermain investor? Kalau pemerintah diam, ya kita sendiri yang harus perjuangkan nasib kita. Salam CERDAS, KOMPAK, WARAS, dan tentu saja “PERJUANGAN!”
Kalau revitalisasi Pasar Kranji ini diibaratkan sinetron, mungkin judulnya cocok: “Cinta dan Janji di Atas Puing-Puing Beton.” Tiap tahun ganti episode, tapi ending-nya tetap sama pedagang masih nunggu, proyek masih janji.***