KOTA BEKASI — Dalam langkah yang nyaris secerdas kuda melompat dua petak ke depan dan satu ke samping, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto kembali membuat kejutan di atas papan catur. Bukan karena pidato formal atau gunting pita seremoni, melainkan karena aksinya menantang robot catur di Museum Catur Utut Adianto dan berhasil menang dalam empat menit.
Museum yang berlokasi di Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawalumbu, ini menjadi destinasi wisata edukatif baru yang menghadirkan aroma intelektual di tengah hiruk pikuk kota.
Di setiap sudutnya, catur bukan sekadar permainan otak, melainkan perayaan strategi, kesabaran, dan seni berpikir tiga langkah ke depan hal yang semestinya juga diterapkan dalam birokrasi, kalau boleh sedikit menyindir.
Tri Adhianto yang hadir dengan penuh semangat, tampak menikmati kunjungannya ke museum yang didirikan oleh Grand Master (GM) Utut Adianto, satu-satunya GM catur Indonesia yang namanya sudah lebih dulu “mendunia” sebelum influencer jadi profesi.
Museum ini menampilkan koleksi memorabilia, papan catur klasik, dokumentasi sejarah perjalanan karier sang GM, hingga kisah perjuangan catur Indonesia yang tak kalah dramatis dari sinetron prime time.
Namun, bukan hanya nostalgia yang ditawarkan. Di dalam kompleks yang sama, berdiri Sekolah Catur Utut Adianto, tempat anak-anak dan remaja ditempa menjadi calon pecatur tangguh.
Tujuannya sederhana tapi berkelas melahirkan generasi berpikir strategis di era di mana banyak orang masih kalah oleh notifikasi ponsel sendiri.
“Keberadaan museum ini luar biasa. Tidak hanya menambah warna wisata di Kota Bekasi, tetapi juga punya nilai edukatif tinggi. Saya berharap masyarakat, terutama generasi muda, bisa menjadikan tempat ini ajang belajar dan berprestasi,” ujar Tri Adhianto, dengan senyum yang kali ini tampak puas — mungkin karena baru saja mengalahkan mesin buatan manusia.
Tak berhenti di papan catur, Pemkot Bekasi juga berencana menggandeng sekolah dan komunitas olahraga untuk membangun sistem pembinaan atlet yang berkelanjutan. Museum ini digadang-gadang menjadi “basecamp” pembibitan pecatur masa depan — tempat di mana setiap pion bisa bermimpi jadi raja.
Sebagai bonus bagi pengunjung yang haus tak hanya strategi tapi juga kafein, tersedia Cafe Tutur, kafe tematik yang memadukan aroma kopi dan semangat beradu otak.
Interiornya penuh ornamen catur dari meja, dinding, hingga menu yang mungkin bisa membuat siapa pun berpikir dua kali sebelum pesan “Checkmate Latte”.
Tri menegaskan, destinasi seperti Museum Catur Utut Adianto adalah bukti nyata kolaborasi positif antara tokoh nasional dan pemerintah daerah.
“Kota Bekasi punya potensi besar dalam dunia olahraga dan edukasi. Dengan dukungan masyarakat dan tokoh inspiratif seperti Pak Utut, saya optimis Bekasi bisa melahirkan banyak juara,” ujarnya penuh keyakinan meski tak dijelaskan apakah juara di atas papan catur atau di atas panggung politik.
Museum Catur Utut Adianto pun resmi menjadi arena baru di Bekasi, tempat di mana kecerdasan dilatih, ego diuji, dan humor hidup berdampingan dengan strategi. Sebuah “skak mat” elegan dari dunia olahraga untuk dunia wisata.