Scroll untuk baca artikel
InfrastrukturTANGGAMUS

Lubang Jalan di Tanggamus “Menelan” Pengendara, Proyek Tambal Sulam Kok Tambah Malapetaka?

×

Lubang Jalan di Tanggamus “Menelan” Pengendara, Proyek Tambal Sulam Kok Tambah Malapetaka?

Sebarkan artikel ini
Foto: Senin (20/10/2025) sore, seorang pengendara motor tanpa identitas terperosok ke lubang jalan di Pekon Way Gelang, Kecamatan Kota Agung Barat

TANGGAMUS — Jalan Lintas Barat di Kabupaten Tanggamus, Lampung, lagi-lagi bikin sensasi. Bukan karena mulusnya seperti tol, tapi karena lubangnya alias jalan til yang seolah berlomba jadi “pintu maut” bagi pengendara yang melintas.

Senin (20/10/2025) sore, seorang pengendara motor tanpa identitas terperosok ke lubang jalan di Pekon Way Gelang, Kecamatan Kota Agung Barat. Bukan lubang biasa, ini lubang “resmi”, bekas galian proyek tambal sulam yang katanya sedang diperbaiki, tapi entah kapan selesainya. Korban kini dirawat kritis di RSUD Batin Mangunang, dan identitasnya belum terungkap.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Warga bilang, lubang itu sudah seperti jebakan Batman versi proyek jalan, muncul tiba-tiba, menganga lebar, dan tanpa tanda bahaya. Rambu peringatan? Mungkin masih dalam proses lelang.

“Sudah beberapa hari lubangnya dibiarkan begitu saja. Lampu peringatan enggak ada, pembatas pun nihil. Kalau bukan warga sini, bisa-bisa dikira tempat uji nyali,” keluh salah seorang pengendara yang setiap hari melewati lokasi.

Kabar kecelakaan itu pertama kali viral di media sosial. Foto motor korban bertebaran di Facebook dan grup WhatsApp warga Tanggamus, disertai pesan darurat.

‘Korban laka tunggal di Way Gelang, masuk lubang tambal sulam. Kritis. Tolong yang kenal segera ke RSUD Batin Mangunang.’

Atas viralnya kabar kecelakaan itu sehingga Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen Nusantara Indonesia (LPKNI) Tanggamus, Yuliar Baro, ikut angkat bicara. Menurutnya, kecelakaan ini adalah bukti nyata bahwa pengawasan proyek di daerah tersebut “lebih bolong dari jalan yang diperbaiki”.

“Banyak galian dibiarkan terbuka tanpa rambu. Ini bukan cuma lalai, tapi sudah mengundang maut. Kalau begini terus, kontraktor bisa buka cabang rumah duka,” sindir Baro.

Ia menilai proyek tambal sulam di Tanggamus sering dikerjakan ala kadarnya. “Yang penting tambal, soal keselamatan urusan nanti. Padahal jalan itu bukan kue lapis, yang bisa ditutup-tutup sembarangan,” tambahnya.

Baro juga mendesak pemerintah daerah dan kontraktor untuk segera mengevaluasi proyek perbaikan jalan yang selama ini lebih mirip “permainan puzzle berbahaya” daripada proyek infrastruktur.

“Kami enggak minta jalan tol, cukup jalan yang enggak menjerumuskan. Kalau tiap proyek berakhir dengan korban, berarti sistemnya sakit dan perlu dirawat, bukan diaspal lagi,” tegasnya.

Sementara itu, pihak kepolisian masih mendalami identitas korban dan kronologi lengkap kejadian. Namun satu hal yang pasti, lubang-lubang di sepanjang Jalur Lintas Barat masih setia menunggu korban berikutnya, seolah jadi “ikon wisata bahaya” Tanggamus.

Warga pun mulai muak. “Jalan ini seharusnya penghubung antarwilayah, bukan pengantar ke rumah sakit,” celetuk seorang warga sambil menggeleng.

Kini, masyarakat hanya bisa berharap pemerintah provinsi maupun daerah segera sadar, sebelum lubang-lubang itu keburu punya nama sendiri di Google Maps. ***