KOTA METRO — Ada-ada saja kisah di dunia pendidikan kita. Jika biasanya mahasiswa pusing karena skripsi tak kunjung selesai, di Universitas Islam Lampung (Unisla) Metro, para mahasiswa justru pusing karena dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah mereka mendadak “pintar” menghilang.
Menurut sumber internal kampus, sekitar 30-an mahasiswa penerima KIP Kuliah menerima hak sebesar Rp6.600.000 per semester. Namun setelah dipotong biaya pendidikan oleh pihak kampus, uang yang benar-benar sampai ke tangan mahasiswa hanya Rp500 ribu per semester.
Sebagian dana KIP disebut dialokasikan untuk biaya kuliah sebesar Rp2.400.000, sementara sisanya sekitar Rp4.200.000 yang seharusnya digunakan sebagai biaya hidup mahasiswa, tapi entah ke mana. Alih-alih untuk makan dan kebutuhan belajar, mahasiswa hanya menerima Rp500 ribu per semester.
Lebih menarik lagi, buku tabungan KIP Kuliah mahasiswa dipegang pihak kampus, bukan oleh mahasiswa penerima bantuan. Akibatnya, mereka hanya bisa “melihat saldo dari jauh” ada di rekening, tapi tak bisa disentuh.
Padahal, sesuai ketentuan resmi program KIP Kuliah, total Rp6.600.000 per semester seharusnya dibagi jelas, Rp2.400.000 untuk biaya pendidikan, dan Rp700.000 per bulan atau Rp4.200.000 per semester untuk biaya hidup mahasiswa.
Namun di Unisla Metro, “hidup” mahasiswa tampaknya hanya dihargai Rp500 ribu per semester, sisanya? Entah kemana. Murah meriah.
Ketika awak media mencoba mengonfirmasi, jawaban dari pihak kampus justru berputar-putar seperti karusel birokrasi. Ania, yang disebut bagian akademik, menolak memberikan keterangan.
“Silakan ke Mbak Rini, karena dia bendahara. Saya bagian akademik,” katanya, saat wartawan media ini mencoba konfirmasi, pada Selasa (21/10/2025).
Namun, ketika wartawan menemui Rini, sang bendahara kampus, nada suaranya berubah hati-hati, sebelum berbicara dengan wartawan, pegawai kampus itu terlebih dulu berkomunikasi dengan seseorang melalui sambungan telephon.
“Ya, saya Rini, bendahara. Tapi kalau mau konfirmasi, langsung ke rektornya saja. Saya tidak berwenang menjelaskan,” ujarnya.
Sayangnya, menemui rektor tidak semudah mengetuk pintu ruang kuliah. Pihak kampus mensyaratkan agar wartawan mengajukan surat resmi terlebih dahulu, barangkali agar rahasia aliran dana KIP itu tidak terlalu cepat terbuka.
Kini publik menunggu, apakah dana KIP Kuliah di Unisla Metro benar-benar membantu mahasiswa bertahan hidup, atau justru membantu oknum kampus menuju hidup mewah?
Yang jelas, dengan Rp500 ribu per semester, mahasiswa KIP Unisla sepertinya hanya bisa hidup hemat listrik, hemat makan, dan mungkin hemat napas, dan wajar saja, karena mahasiswa kampus Unisla Metro proses belajarnya melalui online. ***