KOTA METRO – Pihak kampus Universitas Islam Lampung (Unisla) Metro diduga mulai melakukan tekanan Setelah dugaan penyelewengan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah menyeruak. Beberapa mahasiswa penerima KIP-K yang mestinya belajar dengan tenang, justru kini belajar arti kata “intimidasi”.
Sumber internal kampus, mengaku sejumlah mahasiswa dipanggil pihak kampus untuk “klarifikasi”. Namun, suasana di ruang pertemuan itu, katanya, jauh lebih mirip sidang senyap daripada forum akademik.
“Mereka bukan dimintai keterangan, tapi disodori surat pernyataan dan ditekan untuk menandatanganinya di atas materai. Suasananya tegang, kayak ujian skripsi tanpa pembimbing,” ujarnya, Sabtu (25/10/2025).
GESER UNTUK BACA BERITAGESER UNTUK BACA BERITA
Jika benar terjadi, tindakan semacam itu bukan sekadar pelanggaran etika akademik, tapi bentuk pengkhianatan terhadap nilai dasar perguruan tinggi: kebebasan berpikir.
Kampus, yang seharusnya menjadi taman nalar dan keberanian moral, kini justru diduga menjelma ruang ketakutan tempat di mana mahasiswa belajar lebih banyak tentang “diam” ketimbang “berpikir”.
Seorang pemerhati pendidikan di Lampung menilai sikap tertutup seperti ini hanya memperburuk reputasi lembaga.
“Kalau benar ada tekanan terhadap mahasiswa, itu bukan sekadar salah urus, tapi salah asuh. Kampus harus berani jujur, bukan bersembunyi di balik surat pernyataan,” tegasnya.
Awal Mula: KIP yang Pintar Menyusut
Kasus ini bermula dari laporan beberapa mahasiswa penerima KIP-K yang merasa “lebih pintar tertipu daripada terbantu”.
Mereka mengaku dana KIP-K sebesar Rp6,5 juta yang seharusnya masuk penuh ke rekening penerima, entah kenapa hanya mampir Rp500 ribu di tangan. Sisanya seperti dikatakan salah satu mahasiswa “mungkin sedang kuliah lanjut di fakultas lain.”
Bukti di Lapangan: Kwitansi yang Lebih Fasih Bicara
Penelusuran Wawai News menemukan sejumlah bukti transaksi yang lebih jujur daripada klarifikasi resmi.
Berikut Catatan yang diperoleh lengkap dengan tanggal, nominal, dan rasa getir mahasiswa:
- 16 Januari 2023: Pembayaran Semester I Rp6.500.000 (bendahara: Eka)
- 8 November 2023: SPP Semester II–III Rp5.400.000 + uang saku Rp250.000 (bendahara: Ania Yulia)
- 9 Desember 2023: Dana tunai diterima Rp500.000
- 27 Desember 2023: Pembayaran Semester IV–V Rp5.400.000
- 26 Juni 2024: Pembayaran Semester VI Rp2.700.000 + uang saku Rp500.000
- 19 Desember 2024: UKT Semester VII–VIII Rp4.800.000 + field trip Rp2.500.000 + uang saku Rp500.000
Jika ini bukan pungutan cerdas, mungkin kamus perlu menambahkan definisi baru tentang “inovasi keuangan kampus”.
Ironisnya, banyak mahasiswa mengaku tak tahu berapa total dana KIP-K yang sebenarnya mereka terima.
Rekening dan buku tabungan simbol kepercayaan justru dipegang pihak kampus.
“Katanya bantuan untuk kami, tapi kami cuma dapat bukti, bukan dananya,” ujar salah satu penerima manfaat dengan nada getir.
Sejak mahasiswa mulai bertanya “uang kami ke mana?”, ruang diskusi kampus mendadak lebih panas daripada seminar nasional bertema integritas.
Bukan hanya mahasiswa, media juga ikut mencium hawa tekanan.
Seorang jurnalis Sinar Lampung mengaku bironya di Kota Metro mendapat pesan dari seseorang yang mengaku dekat dengan pejabat daerah, meminta pemberitaan tentang Unisla dihentikan tanpa alasan yang masuk akal.
“Orang dekat wali kota minta pemberitaan disalah satu media dihentikan. Katanya nanti akan dijadwalkan bertemu langsung,” ungkap sumber dari Wartawan Sinar Lampung.
Sementara pihak kampus belum memberi klarifikasi, dengan alasan klasik, untuk konfirmasi harus bersurat, seolah dunia jurnalis disamakan dengan LSM. Wawai News menunggu hak jawab kedua kalinya dari pihak Kampus Unisla Metro***











