TANGGAMUS — Pihak SMPN 2 Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, Lampung, berhasil memediasi dua siswa yang sempat terlibat perkelahian di lingkungan sekolah pada Kamis, 6 November 2025.
Proses mediasi dilakukan secara terbuka dan kekeluargaan di ruang Bimbingan Karakter (BK) sekolah pada Jumat, 7 November 2025, dengan menghadirkan kedua orang tua siswa, pihak sekolah, dan aparat keamanan setempat.
Mediasi ini dipimpin langsung oleh Kepala Sekolah SMPN 2 Wonosobo, Badriyah, S.Pd, serta disaksikan oleh Bhabinkamtibmas Banjarnegoro, dan tiga guru pembina karakter, di antaranya Ulis, selaku mediator.
“Alhamdulillah, mediasi berjalan lancar dan menghasilkan kesepakatan damai. Kedua siswa sudah saling memaafkan, begitu juga orang tua mereka,” ujar Kepala Sekolah Badriyah, S.Pd, kepada awak media.
Dalam pertemuan tersebut, kedua wali murid yang sebelumnya belum saling mengenal dipertemukan secara langsung. Mereka saling menyampaikan permintaan maaf dan sepakat untuk menyelesaikan masalah tanpa memperpanjang persoalan.
Sebagai bentuk komitmen bersama, kedua pihak menandatangani surat pernyataan perdamaian di atas kertas bermaterai, disaksikan oleh guru BK dan aparat kepolisian.
“Kami ingin masalah ini selesai dengan baik, tanpa dendam. Tujuan kami bukan mencari siapa yang salah, tapi mencari solusi terbaik untuk anak-anak agar bisa belajar kembali dengan nyaman,” ujar Badriyah.
Kepala sekolah menegaskan, langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab lembaga pendidikan dalam mendampingi setiap peserta didik, baik secara akademik maupun moral.
“Setiap anak di sekolah ini adalah tanggung jawab kami. Kalau ada masalah, kami upayakan diselesaikan dengan pendekatan karakter, bukan dengan hukuman atau penghakiman,” tambahnya.
Namun, pihak sekolah juga menyayangkan beredarnya informasi yang tidak utuh di media sosial terkait kejadian tersebut.
Menurut Badriyah, unggahan yang menyudutkan sekolah seolah berpihak pada salah satu siswa, tidak mencerminkan fakta sebenarnya di lapangan.
“Kami sangat menyayangkan adanya unggahan di media sosial yang menyudutkan sekolah. Padahal, yang bersangkutan belum pernah mengklarifikasi kepada kami,” tegas Badriyah.
“Kami tegaskan, tidak ada siswa yang kami bedakan. Semua anak adalah tanggung jawab dan kebanggaan kami sebagai pendidik,” sambungnya.
Ia mengimbau masyarakat, khususnya orang tua siswa, untuk menyampaikan keluhan atau persoalan langsung kepada pihak sekolah sebelum membagikannya ke ruang publik.
“Sekolah adalah lembaga pendidikan, bukan tempat mencari sensasi. Kalau ada masalah, mari duduk bersama. Kami terbuka dan siap menyelesaikannya secara kekeluargaan,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Bhabinkamtibmas Banjarnegoro turut memberikan arahan kepada kedua orang tua siswa.
Ia meminta agar semua pihak menahan diri dan mengedepankan komunikasi langsung dengan guru apabila terjadi masalah serupa di masa mendatang.
“Kalau ada persoalan di sekolah, sampaikan dulu ke guru atau pihak sekolah. Jangan langsung membuat opini di media sosial, karena itu bisa menimbulkan salah paham dan merugikan nama baik sekolah,” ujar petugas Bhabinkamtibmas.
Ia juga berpesan agar kedua siswa bisa kembali belajar dengan semangat baru tanpa rasa canggung satu sama lain.
“Anak-anak ini masih muda, masih bisa diarahkan. Yang penting sekarang mereka saling memaafkan dan bisa belajar bersama lagi dengan tenang,” ujarnya.
SMPN 2 Wonosobo menegaskan bahwa kejadian ini menjadi pelajaran penting untuk memperkuat program pembinaan karakter di lingkungan sekolah.
Program ini bukan sekadar formalitas, tetapi bagian dari pembentukan kepribadian siswa agar mampu mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik secara damai.
“Kami ingin anak-anak belajar bahwa konflik itu bisa diselesaikan dengan komunikasi dan empati, bukan dengan kekerasan,” kata Badriyah menutup pernyataannya.***












