TANGGAMUS – Sebuah ruas jalan provinsi di Kabupaten Tanggamus kembali menunjukkan fenomena klasik pembangunan: baru rampung, sudah ambles.
Ruas Putihdoh–Tengor, Kecamatan Cukuh Balak, yang selesai dikerjakan dan dinyatakan PHO (Provisional Hand Over) atau serah terima sementara pada 21 Agustus 2025, kini miring hingga sekitar 30 derajat setelah diterjang gelombang pasang pada Minggu malam (9/11/2025).
Nilai proyeknya disebut mencapai belasan miliar rupiah, dikerjakan melalui program IJD Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) Provinsi Lampung. Namun, ironi terjadi jalan baru tiga bulan jadi, sudah bergeser lebih cepat dari karier pejabat proyeknya.
Kondisi itu pun menyebar di media sosial, berupa foto dan video amatir yang beredar memperlihatkan kondisi jalan yang retak besar, aspal terbelah seperti kulit jeruk kering, dan badan jalan bergeser ke arah laut.
Bahkan, terlihat obil minibus terlihat merayap hati-hati dengan posisi miring, sementara truk memilih balik kanan demi keselamatan jiwa dan sasis.
“Sudah retak-retak dari beberapa hari lalu, tapi habis ombak besar semalam langsung ambles makin dalam,” ujar warga sekitar yang ikut merekam video kondisi jalan tersebut.
Warga lainnya, mengaku kini lebih takut lewat jalan provinsi ketimbang lewat kuburan. “Kalau nggak cepat diperbaiki, bisa putus total. Ini jalan provinsi, tapi yang panik rakyat, bukan pejabatnya.”paparnya.
Ironinya, jalan ini baru selesai diperbaiki Agustus lalu dan sudah masuk daftar infrastruktur bermasalah di media lokal karena retak dini dan mutu yang dipertanyakan. Kini, setelah ambles, warga makin yakin yang kuat dari proyek itu bukan struktur jalannya, tapi berkas administrasinya.
Belum diketahui siapa pemenang tender pembangunan jalan tersebut. Data kontraktor dan detail proyek terbilang misterius, nyaris seperti jejak tanggung jawab setelah jalan ambles.
“Kami cuma tahu jalannya dibangun, tapi siapa yang bangun, entah. Yang kami tahu, sekarang jalannya ‘rebahan’ duluan,” kata warga lainnya dengan nada getir.
Sejak kejadian, warga berinisiatif mengatur lalu lintas dengan alat seadanya mulai dari bambu, tali rafia, hingga papan kayu bertuliskan awas longsor. Sementara rambu resmi dari dinas belum tampak di lokasi.
“Kami harap Dinas BMBK segera turun tangan. Jangan tunggu viral baru bergerak,” ujar salah seorang tokoh masyarakat.
belum ada tindakan darurat maupun pernyataan resmi dari Pemerintah Provinsi Lampung atau Dinas BMBK. Rupanya, jalan boleh miring, tapi respon pejabat tetap datar.
Amblesnya ruas Putihdoh–Tengor menambah panjang daftar infrastruktur pesisir Tanggamus yang rusak dini. Wilayah ini memang rawan abrasi dan gelombang tinggi, namun publik mempertanyakan mengapa proyek dengan nilai besar tak disertai perencanaan geoteknis yang matang.
“Kalau proyek ini diuji ketahanannya, yang paling kuat justru spanduk peresmiannya. Jalannya kalah duluan.”ucap warga berkelakar.
Rakyat hanya butuh jalan yang kuat, bukan seremonial peresmian yang megah. Sebab jika proyek publik terus “rebahan” seperti ini, maka yang benar-benar bekerja keras hanyalah ombak dan rakyat yang menahan sabar.***













