LINGGA – Pernyataan mantan Bupati Kabupaten Lingga, Kepri, periode 2016–2019, Alias Wello (AWE), terkait rencana pendalaman alur di Pulau Singkep yang disuarakan terus memantik kontroversi.
Sikap politiknya dinilai ambigu di tengah upaya Pemerintah Kabupaten Lingga mendorong investasi pembangunan smelter alumina yang digadang-gadang akan menyerap ribuan tenaga kerja.
Ketua DPD Perkumpulan Persatuan Pemuda Tempatan (Perpat) Lingga, Frans Wijaya, menilai pernyataan AWE sebagai tokoh daerah seharusnya lebih tegas dan tidak menimbulkan tafsir ganda di ruang publik.
“Sebagai sosok yang dianggap tokoh, beliau seolah menunjukkan dukungan terhadap pendalaman alur yang diduga untuk kepentingan TNI AL. Di sisi lain, Pemkab Lingga justru tengah berjuang keras mendorong investasi Smelter Alumina untuk kepentingan orang banyak,” ujar Frans, Jumat (19/12).
Menurut Frans, sikap setengah hati dari sosok AWE, justru membuka ruang spekulasi, terutama di tengah harapan besar masyarakat Lingga terhadap masuknya investasi strategis berskala global.
Ia menegaskan, Pemerintah Kabupaten Lingga di bawah kepemimpinan Bupati Muhammad Nizar telah secara terbuka dan konsisten memperjuangkan hadirnya investasi smelter alumina sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi daerah.
“Ini bukan sekadar proyek industri. Ini soal ribuan lapangan kerja dan masa depan Tanah Bunda Melayu,” tegasnya.
Frans juga menyoroti kejanggalan narasi pendalaman alur yang terus digaungkan, namun tanpa kejelasan manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat Lingga.
“Jika memang mendukung pendalaman alur, kenapa tidak sekalian mengurus IUP tambang? Karena publik tahu, lokasi yang diwacanakan untuk pendalaman alur itu diduga memiliki potensi timah yang besar,” ujarnya.
Menurutnya, keterbukaan menjadi kunci agar tidak ada “debu yang ditaburkan di mata publik”.
“Biar jelas dan lugas. Jangan sampai ada dusta di antara kita,” kata Frans dengan nada satir.
Ia menambahkan, kejelasan sikap AWE penting agar tidak memunculkan persepsi bahwa mantan kepala daerah tersebut lebih condong pada proyek yang minim dampak ketenagakerjaan dibanding investasi industri yang berorientasi pada kesejahteraan jangka panjang masyarakat.
Nada serupa disampaikan Mandala, pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Lingga. Ia mempertanyakan secara terbuka keberpihakan Alias Wello dalam polemik tersebut.
“Jika AWE mendukung pendalaman alur, maka publik wajib tahu: untuk kepentingan siapa? Karena faktanya, jika untuk pendalaman alur hanya akan menyerap sedikit tenaga kerja,” tegas Mandala.
Menurutnya, pemuda Lingga berdiri pada posisi yang jelas, mendukung investasi smelter alumina yang berpotensi membuka ribuan lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi lokal.
“Kami meminta AWE tegas. Mendukung pendalaman alur untuk kepentingan tertentu, atau mendukung investasi smelter alumina demi kepentingan masyarakat luas,” ujarnya.
Hingga kini, rencana investasi smelter alumina oleh PT Tianshan Indonesia disebut masih menunggu kebijakan pemerintah pusat, yang tengah diperjuangkan secara aktif oleh Pemkab Lingga.
Di tengah penantian ribuan warga Singkep terhadap kepastian investasi tersebut, publik menilai pernyataan tokoh daerah sekelas Alias Wello semestinya menjadi penyejuk, bukan justru menambah keruh wacana.
Ketegasan sikap dinilai penting, bukan hanya sebagai penanda arah politik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap masa depan Lingga dan generasi mudanya.***













