Jangan karena pengaruh model pemilu atau pilpres yang sangat kapitalistik dan transaksional. Rakyat seperti merasa terlena dan tertipu, ibarat membeli sebuah mobil bermerk Amerika tapi mesinnya dari China. Mengharapkan dapat roti Buaya, malah kadatangan Buaya darat. Rakyat sampai kekenyangan dengan menu saban hari, tipu sana-sini, utang sana-sini dan janji sana-sini.
Bangsa Indonesia harus jeli dan akurat dalam memilih pemimpinnya. Tak cukup pemimpin yang cuma retorika punya kemampuan bekerja, lebih dari itu harus punya ketinggian moral. Apa komitmennya?, apa kebisaannya?, apa hobinya?, dan yang paling penting apa janjinya bisa direalisasi. Jangan tergiur dan terbuai dengan kata-kata bagaikan malaikat yang manis, namun berkelakuan jahat seperti iblis.
BACA JUGA: Anies, Jeratan Utang Negara dan Jebakan Kemiskinan
Bukan boneka yang tak ada ruh dan jiwanya, juga bukan manusia macam kerbau yang dicocok hidungnya. Capres bernas itu harus memahami geografis, geostrategis, geopolitis negara yang akan dipimpinnya. Figur pemimpin nasional itu selain cerdas dan berwibawa, sudah tidak bisa ditawar-tawar akan dicintai rakyatnya sendiri, tapi tetap dihormati dan disegani warga dunia.
Bukan pemimpin yang kurang kerjaan lalu sibuk sebagai tukang joget-joget dan narsis tingkat dewa di medsos, termasuk getol korupsi dan hobi nonton bokep, menjadi penjilat apalagi sampai berkhianat. Seperti beberapa capres kartu mati yang tak bermanfaat, karena lebih bangga jadi petugas partai ketimbang petugas rakyat. Betapa miris dan menderitanya rakyat jika harus punya pemimpin mudharat seperti itu, sama seperti yang sebelumnya.
Jadi bukan mustahil rakyat seantero negeri sudah tahu, siapa capresnya yang benar-benar mrnjadi keinginan dan mendapat dukungan rakyat. Capres yang berdedikasi tinggi dengan segudang prestasi dan penghargaan. Capres yang memenuhi panggilan dan amanah rakyat dengan kekuatan spiritual bukan mengandalkan material semata. Capres yang teruji dan terbukti mengabdi untuk NKRI bukan oligarki.
BACA JUGA: Wacana Koalisi Kebangsaan Dianggap Bentuk Kekhawatiran Kemenangan Anies Baswedan
Sesulit mencari kebenaran di tengah lautan kesalahan. Sesulit menjatuhkan seseorang meski dengan gelombang tsunami isu, intrik dan fitnah.
Sesulit menjegal pemimpin idola dengan obral kekuasaan yang brutal.
Tapi tak sesulit mengharapkan dan mewujudkan perubahan yang lebih baik melalui implementasi Panca Sila, UUD 1945 dan NKRI yang hakiki serta sejatinya menghadirkan kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tentunya, jika rakyat sadar dan rasional dalam memilih pemimpin yang mutlak harus memiliki kecakapan, integritas dan keteladanan.
Jawaban dan solusi dari problematika akut negara bangsa saat ini, hanya pada Anies untuk memulai dan memperbaikinya. Anies memang memenuhi kriteria sebagai pemimpin dengan integritas yang dapat diandalkan. Hati, jiwa dan pikiran yang totalitas dalam tindakan diberikan untuk rakyat, membuatnya menjadi pemimpin yang dirindukan. Diterjang sikap kebencian dan permusuhan, Anies tak terpisahkan dengan kepribadian luhur dan catatan kemaslahatan yang menguatkan hubungannya dengan harapan dan perubahan untuk rakyat.
Terbentur-terbentur dan terbentuk cara mudah dan sederhana menilai Anies. Semakin kuat rezim kekuasaan menjegal Anies, membuat rakyat semakin kuat dan giat mengawal Anies. Cinta rakyat pada Anies, menegaskan Anies adalah pemimpin yang ‘givens’ bagi Indonesia. Anies memang untuk Indonesia. “Hanya Anies?”, “ya capres yang lainnya ngga ada tuh, ngga ada yang berkualitas dan yang lebih baik.”
Dari pinggiran catatan labirin kritis dan relung kesadaran perlawanan.
Bekasi Kota Patriot, 23 Mei 2023/3 Zulqa’dah 1444 H.