Scroll untuk baca artikel
Opini

Aparat Bejat, Rakyat Sekarat dan Negara Butuh Syariat

×

Aparat Bejat, Rakyat Sekarat dan Negara Butuh Syariat

Sebarkan artikel ini
Yusuf Blegur
Yusuf Blegur

Kapitalisme yang menumpang pada liberalisasi dan sekulerisasi terus menikmati panggung kejayaannya. Demokrasi yang haus darah terus dipuja, syariat Islam semakin tenggelam di kalangan umat Islam sendiri. Struktur dan kultur sosial masyarakat semakin kuat membentuk konstruksi pragmatis dan transaksional

Piagam Jakarta yang menentukan arah perjalanan negara bangsa Indonesia hingga kini dan kemungkinan keraguan pada masa depannya.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Menyisakan masalah fundamental dan prinsip bagi latar dan tujuan berdirinya negara bangsa Indonesia. Bukan sekedar pergulatan prmikiran tentang negara kesatuan atau federals.

Para Pendiri Bangsa dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dengan segala kebaikan dan kelemahannya, tanpa disadari mewariskan bahaya laten berupa potensi negara gagal dan lenyap dari muka bumi pada generasi penerusnya.

Kekerdilan jiwa dan pikiran dari para penikmat kemerdekaan, kentara ketika nasionalisme dan patriotisme mulai hilang dari banyak pemimpin dan rakyat dari sebuah negeri yang lama terjajah.

BACA JUGA :  Anti Klimaks Soekarnoisme

Pilihan negara demokrasi yang menggusur syariat Islam harus dibayar mahal rakyat, negara dan bangsa Indonesia untuk waktu yang tak terbatas. Akomodasi terhadap kepentingan minoritas hanya berdasar pada formalitas eksistensi SARA dan harapan eksklusif untuk perlindungan hukum dari institusi negara.

Tanpa nilai-nilai, kebijaksanaan dan spiritualitas yang tinggi telah menjadi cikal-bakal kerapuhan sebuah negara bangsa.

Buktinya banyak suku yang terpinggirkan, terusir dan terbuang, sementara ada suku yang dominan dan hegemoni. Ada juga agama yang mayotitas dihina dan dinistakan, namun ada agama minoritas yang superior dan over protektif.

Pancasila sesungguhnya tidak menjadi perekat dari kemajemukan dan kebhinnekaan. Menjaga SARA di satu sisi, sementara menjadi rasis di lain sisi. Sejak diberlakukan sebagai falsafah bangsa dan dasar negara, Pancasila dan UUD 1945 hanya menjadi justifikasi dan previllege bagi kehadiran tirani minoritas terhadap mayoritas. Tak luput di dalamnya bangsa asing, oligarki dan para penjilat kekuasaan.

BACA JUGA :  Berkumpulnya Semangat Perlawanan

Membangun stereotif syariat Islam dan spirit Islamophobia bahkan dilakukan secara terstrukur, sistemasis dan masif dalam bingkai global. Justru menjadi pembatas dan penghalang untuk berlakunya syariat Islam yang kental dengan keteraturan, disiplin, kedamaian dan kemaslahatan.

Dalam kancah dunia, Islam dan syariatnya disematkan sebagai entitas radikal dan teroris, di Indonesia yang mayoritasnya muslim senantiasa diperangkap dengan ancaman yang bisa membubarkan NKRI.

Tudingan kecurigaan atau kekhawatiran kalau tak mau disebut keji, fitnah dan kebencian yang mendalam terhadap syariat Islam, tanpa disadari seiring itu menyuburkan praktek-praktek asusila, amoral dan kebiadaban bagi jalannya peradaban manusia.

Mirisnya, perlakuan menyakitkan terhadap Islam dan umatnya dilakukan tidak sedikit oleh kalangan sendiri, dari sesama yang mengaku muslim, yang terus terpapar pada hedonisme dan penyekit WAHN.

Indonesia sudah terlalu lama dikelola oleh sistem yang bersumber pada pemikiran manusia yang penuh kelemahan, kesalahan dan syahwat.

Merasa nyaman terus dipimpin oleh penguasa yang menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pajangan sekaligus komoditi. Ya, umat Islam di republik ini telah menjadi pasar bagi ekonomi, politik, hukum dan budaya yang potensial bagi keuntungan non Islam.

BACA JUGA :  Memori Pembangunan Serba Pancasila

Rakyat, negara dan bangsa Indonesia terlanjur menahun bergantung pada nafas yang menghirup udara materialisme. Ketuhanan Yang Maha Esa sekalipun, tetap terpinggirkan dan agama telah menjadi sekedarnya dan basa-basi.

Pemerintahan dzalim, ulama yang menyesatkan, intelektual pelacur dan masyarakat yang cenderung jahiliyah. Menjadi mimpi buruk wajah Indonesia dalam tidur panjang.

Tak lagi bisa dibedakan antara tidak sadar dan dalam kematian. Pejabat dan pengusaha dari buah ideologi kapitalis dan komunis rentan khianat dan kerap menjadi penjahat. Aparatnya bejat dan rakyatnya sekarat, negara sepertinya darurat memberlakukan syariat Islam. Mungkinkah?.

Wallahualam bishawab.

Syariat Islam membebaskan manusia dari penjara keakuannya dan keangkuhan negara.

Bekasi Kota Patriot.
6 Syawal 1445 H/15 April 2024