wawainews.id – Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi beserta sejumlah pejabat senior lainnya telah ditahan pihak militer pada Senin, 1 Februari 2021.
Hal itu mengindikasikan kemungkinan terjadinya kudeta ditengah ketegangan antara partai berkuasa Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dan militer Myanmar.
Pekan kemarin, militer Myanmar mengatakan bahwa kemungkinan kudeta tak dapat dikesampingkan jika keluhan mengenai dugaan kecurangan dalam pemilihan umum 2020 diabaikan begitu saja.
Komisi pemilu Myanmar menyatakan NLD sebagai pemenang dalam pemungutan suara pada November 2020.
Partai oposisi utama, Partai Pembangunan dan Solidaritas Persatuan (USDP) yang didukung militer, mengajukan keberatan dan menuntut pemilu ulang.
Kamis kemarin, pihak komisi menolak tudingan bahwa kecurangan memainkan peran signifikan dalam kemenangan mutlak partai Suu Kyi.
Dilansir dari laman TRT World, sejauh ini juru bicara militer Myanmar belum menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentarnya.
Seorang anggota parlemen dari NLD, yang menolak menyebutkan namanya, mengatakan bahwa tokoh lain yang ditahan militer adalah Han Thar Myint, seorang anggota komite eksekutif sentral.
Dalam pidato pada Rabu kemarin, pemimpin militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan kepada jajarannya bahwa konstitusi negara dapat dicabut jika aturan hukum tidak ditegakkan dengan benar.
Usai pernyataan tersebut, kekhawatiran akan terjadinya kudeta meningkat karena sejumlah kendaraan lapis baja melintas di ruas jalan beberapa kota besar.
Militer Myanmar, atau dikenal juga dengan Tatmadaw, pernah berkata bahwa “beberapa organisasi dan media” menuliskan artikel tak berdasar mengenai ancaman militer mencabut konstitusi negara.
Tatmadaw mengatakan pidato Min Aung Hlaing diambil sebagian di luar konteks.
Padahal menurut Tatmawaw, Min Aung Hlaing kala itu hanya menyampaikan informasi umum seputar konstitusi kepada calon perwira militer Myanmar.