Opini

Bangkit Melawan Atau Diam Tertindas

×

Bangkit Melawan Atau Diam Tertindas

Sebarkan artikel ini

Oleh: Yusuf Blegur

Yusuf Blegur

Kematian demi kematian akibat penyakit yang divonis sebagai wabah Covid-19 yang tak bisa dilepaskan dari betapa lemahnya sistem kesehatan nasional dan ketidakmampuan mengelola negara secara umum. Sesungguhnya menjadi rangkaian kematian demokrasi, kematian keadilan hukum dan sosial. Kematian politik etis dan moral yang beruntun mengikuti kematian UUD 1945 dan Panca Sila. Kematian hati nurani para pemangku kepentingan. Kematian rakyat yang seiring kelahiran sekumpulan manusia angkara murka, sekumpulan aparat bejat. Dibaiat sebagai pemimpin, namun menjabat dengan mudarat. Rakyat dalam pengelolaan kekuasaan yang khianat dan dzalim.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Kita semua prihatin dan diselimuti duka yang mendalam. Rakyat tak berdaya terpapar, tertekan cemas atau jatuh korban meninggal tak tertolong karena virus. Kini rakyat meratapi nasibnya, meninggal karena corona, meninggal karena stres dan depresi dan atau didera kelaparan yang memungkinkan berefek kematian karena musim pandemi yang panjang.

BACA JUGA :  Kebebasan atau Kemerdekaan Pers

Apa yang dialami rakyat Indonesia tahun-tahun terakhir ini, tak ubahnya seperti hidup di dalam penjajahan. Sederet penderitaan melambangkan pendududuk suatu negeri yang gemah ripah loh jinawi, namun nestapa yang didapat. Jangankan menikmati kekayaan sumber daya alam, rakyatnya justru harus membayar upeti bahkan menerima kekerasan dan penindasan karena tak patuh pada penguasa.

Ketika masa penjajahan, hanya segelintir orang yang peduli dengan pikiran dan keberaniannya menentang kolonialisme dan imperalisme. Mereka adalah para ulama, intelektual, dan tentara pejuang yang menjadi pemimpin sekaligus pengemban amanat penderitaan rakyat. Mereka yang terus memberi semangat kesadaran dan perlawanan, hingga berhasil membawa rakyatnya mencapai kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah para pahlawan yang kemudian dikenal sebagai pendiri bangsa.

BACA JUGA :  Mencermati Peranan Militer ke Depan

Kini di alam kemerdekaan, hanya segelintir orang yang mengatasnamakan UU , NKRI dan Panca Sila. Berhasil menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa, untuk kemudian menyerahkan kedaulatan negara pada bangsa asing serta menyebabkan penderitaan panjang bagi rakyatnya. Merekalah segelintir orang yang disebut penghianat bangsa dan penjahat kemanusiaan. Mereka jugalah yang merusak Indonesia dan hidup sebagai budak kolonialisme dan imperialisme modern.

Tidak ada kata lain dan tidak bukan. Rakyat harus berjuang sendiri. Menyelamatkan nasibnya dari tangan-tangan jahil. Kali ini perjuangan rakyat sangatlah berat. Rakyat tidak berhadapan dengan penjajah asing. Tidak pula dengan penjajahan oleh bangsanya sendiri.
Melainkan rakyat harus berhadapan dengan penjajah asing sekaligus bangsanya sendiri.

BACA JUGA :  Menghidupkan Perlawanan Dalam Kekuatan Spiritual

Saatnya, bolehlah rakyat memakai petuah para pendiri bangsa. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup dijajah. Seperti api revolusi yang mengobarkan pergerakan kemerdekaan Indonesia. Seperti slogan epik yang heroik, bangkit melawan atau diam tertindas.

Penulis, Pegiat Sosial dan Aktifis Yayasan Human Luhur Berdikari.