JAKARTA – Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop) mendorong koperasi di Indonesia bisa masuk ke sektor industri, pangan, komoditi, industri pengolahan dan jasa dengan melibatkan kalangan milenial yang cukup mendominasi saat ini.
Jika Koperasi tidak segera masuk di kalangan anak muda yang saat ini memiliki populasi terbesar di Indonesia, maka kedepan koperasi akan ditinggal akibat tidak ada reigenerasi.
“Saya melihat sekarang koperasi pengurusnya sudah pada tua-tua, ini ancaman, kalo tidak reigenerasi dengan melibatkan anak muda,”tegasnya saat membuka pelatihan KUKMKM Eksis dan mampu beradaptasi di era new normal di wilayah Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (10/7/2020).
Dikatakan bahwa anak muda sekarang terlibat dalam kegiatan usaha ekonomi kreatif seperti musik, film, animasi dan lainnya. Koperai harusnya masuk dengan pendekatan anak muda agar terlibat dalam kegiatan bisnisnya.
Menurutnya Koperasi selama ini kebanyakan hanya terlibat pada pembiayan UMKM ke sektor perdagangan. Hal tersebut sesuai hasil tim di lapangan kebanyakan nasabah seperti pedagang kelontong.
Ia menilai bahwa Polan koperasi saat ini sama saja membiaya pengusaha besar. Harusnya yang dimodali koperasi adalah para pengrajin batik, tempe, nelayan, pengolah hasil bumi atau laut.
“Jangan sebaliknya seperti sekarang uang koperasi yang dikumpulkan dari anggota diberikan untuk memodali pengusaha besar. Harus dirubah untuk penguatan ekonomi kerakyatan,”tandasnya.
Dalam kesempatan itu dia juga meminta agar Koperasi tidak alergi dengan investasi, karena jika tidak berubah maka jauh tertinggal dari korporasi yang terus bergerak cepa. Koerasi harus terbuka pada investasi sehingga bisa memberi permodalan bagi pelaku usaha kecil seperti pengrajin.
Koperasi harus bisa menarik investor untuk bergabung di koperasi. Bagaimana caranya, tentu harus merubah sistem terutama agar orang bisa merasa nyaman menyimpan uangnya di koperasi.
Usaha Koperasi bisa seperti bank, bagaimana orang nyaman di Bank karena ada standar pengawasan lebih baik, kesehatan perbankan ada pengawasan dari OJK. Sementara di Koperasi pengawasan rendah penyimpan tidak ada perlindungan.
“Mana mau orang naro duit di koperasi jika tidak ada jaminan keamanan. Karena sekarang untuk mengajak orang bergabung tidak bisa dipaksa.,”papar Teten ingin koperasi tidak kalah dengan dunia perbankan.
Gabung di Koperasi saat ini, lanjutnya menjadi pilihan rasional bagi masyarakat tidak bisa dipaksa oleh pemerintah. karenanya bisnis koperasi harus betul-betul menjadi alternatif dari korporasi harus benar, baru orang mau bergabung dengan koperasi meskipun tanpa diajak jika ada kepastian keamanan.
Koperasi dan UKM dua hal tidak terpisahkan, harus saling mensupport. Hal tersebut tengah dirumuskan bagaimana tercipta koperasi simpan pinjam syariah atau BMT menjadi saluran mudah pinjaman bagi UMKM. Karena selama ini diakuinya banyak pelaku UMKM terjerat rentenir karena untuk pinjam di bank susah.
“Banyak keluhan soal susahnya pelaku UMKM pinjam uang di bank. Saya sebenarnya cukup terganggu dengan praktek rentenir di pasar. Hal tersebut karena akibat susahnya pedagang di pasar untuk mendapatkan pembiayaan permodalan,”jelasnya.
Dia meminta persoalan rentenir di pasar harus dijawab oleh Koperasi syariah, BMT ataupun Bank Pasar. Mereka harus hadir saat dibutuhkan oleh pedagang pasar.
“Jangan sampai terkesan pembiaran terjadi prilaku rentenir di pasar, dalam khotbah dan ceramah terus digaungkan rentenir haram narasi itu sudah telalu banyak. Tetapi prakteknya bagaimana, tidak ada upaya membantu merubah prilaku rentenir di pasar tersebut,:pungkasnya. (Wahid)