Scroll untuk baca artikel
Zona Bekasi

Bekasi Memanas: Mahasiswa Teriak “Bersih-Bersih Korupsi”

×

Bekasi Memanas: Mahasiswa Teriak “Bersih-Bersih Korupsi”

Sebarkan artikel ini
Ratusan mahasiswa yang menamakan diri Dewan Perlawanan Rakyat Bekasi (DPR-B) turun ke jalan, Senin siang (1/9).

KOTA BEKASI – Kota Patriot kembali bergolak. Ratusan mahasiswa yang menamakan diri Dewan Perlawanan Rakyat Bekasi (DPR-B) turun ke jalan, Senin siang (1/9).

Dengan semangat “anti-korupsi, anti-oligarki, dan anti-selimut tebal pejabat”, mereka mengepung Gedung DPRD Kota Bekasi sambil menggelar delapan tuntutan yang bisa bikin pejabat keringat dingin.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Koordinator aksi, Hafiz Nasution, membacakan daftar tuntutan. Mulai dari permintaan level nasional seperti copot Kapolri hingga level lokal seperti hapus pajak menindas rakyat.

Ringkasnya: mahasiswa pengin Bekasi kayak surga dunia gratis sekolah, gratis rumah sakit, aman buat perempuan dan anak, tanpa korupsi, tanpa pajak. Intinya semua gratis, tinggal makan angin.

Tuntutan Mahasiswa: Dari Kapolri Sampai Kasur Gratis

Berikut “wishlist” mahasiswa Bekasi:

  • Copot Kapolri dan Kapolres Kota Bekasi.
  • Evaluasi Kabinet Merah Putih (alias menteri-menteri yang dinilai lebih sibuk selfie daripada kerja).
  • Sahkan RUU Perampasan Aset Koruptor—biar duit maling balik ke rakyat, bukan ke Singapura.
  • Stop penggusuran tanah rakyat.
  • Pendidikan dan kesehatan gratis (Netflix belum masuk daftar).
  • Usut tuntas kasus korupsi Bekasi.
  • Bekasi ramah perempuan dan anak bukan cuma ramah untuk banjir.
  • Hapus pajak yang menindas rakyat.

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, sempat keluar dari gedung DPRD. Katanya sih untuk “mendengarkan aspirasi”. Tapi mahasiswa menilai pemerintah sekarang lebih sering mendengarkan oligarki ketimbang rakyat. Kalau rakyat ngomong, dianggap berisik; kalau oligarki ngomong, dianggap rapat koordinasi.

Diketahui bahwa demonstrasi merembet ke Markas Polres Bekasi Kota ikut jadi sasaran lemparan batu massa. Polisi membalas dengan senjata pamungkas gas air mata. Seperti biasa, gas turun lebih cepat daripada subsidi pangan.

Menurut Agus (bukan nama asli, katanya sih), polisi sempat:

  • Merusak beberapa motor saat interogasi, mungkin biar bengkel tetangga laris.
  • Melarang wartawan mengambil gambar, karena citra lebih penting daripada fakta.
  • Menginterogasi orang yang nekat merekam, karena di era digital, kamera dianggap lebih berbahaya daripada bom molotov.

“Gas air mata masih terasa meski sudah jauh dari mal,” kata Agus lewat pesan singkat sebagaimana dilansir dari Tempo.co.

Kericuhan berlangsung cukup lama. Massa dari arah Kranji melempar batu, polisi balas dengan gas air mata. Skornya imbang: 2 kali lemparan gas vs entah berapa karung batu.

Hingga sore kemarin, suasana makin absurd. Jalan di sekitar Polres ditutup. Brimob berjaga dengan senjata lengkap.

Bekasi pun resmi berubah jadi panggung sirkus mahasiswa jadi singa, polisi jadi pawang, rakyat jadi penonton yang tiketnya dibayar pajak.

Tapi jangan khawatir, semuanya “aman terkendali” setidaknya menurut polisi.

Sebelumnya viral di media sosial kericuhan terjadi di sekitar Summarecon Mall Bekasi dan di area Markas Polres Bekasi Kota. Hingga saat ini belum diketahui asal muasal massa tersebut.***

SHARE DISINI!