BEKASI – Setelah sekian lama tarik-ulur layaknya pasangan yang belum move on, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Kota Bekasi akhirnya resmi menandatangani berita acara serah terima aset dan wilayah layanan Perumda Tirta Bhagasasi, Selasa (22/7/2025).
Yang diserahterimakan adalah Cabang Rawalumbu dan Cabang Pembantu Setia Mekar. Dua titik strategis yang selama ini menjadi rebutan manis antara dua entitas yang dulu satu, tapi kini harus belajar hidup masing-masing.
Bupati Bekasi, Ade Kuswara Kunang, tampil diplomatis tapi tetap lugas.
“Kami serahkan dua aset hari ini, sisanya masih kita simmer dulu sampai Desember. Biar matang,” ujarnya sambil menyiratkan bahwa politik dan birokrasi memang punya cara memasak yang khas lama tapi penuh bumbu.
Ade juga menggoda publik dengan wacana tukar guling aset berupa tanah antara Kabupaten dan Kota Bekasi.
“Yang penting semua untung. Kalau bisa tanah, jangan cuma aset air. Daripada barter sindir, menyesal di media sosial, mending barter tanah yang nyata,” katanya, disambut senyum pejabat lain yang mungkin sudah menghitungnya dalam kepala.
Ia menekankan proses ini dijalankan dengan pendekatan kekeluargaan.
“Apalagi kita ini serumpun partai dan satu keluarga besar politis. Masa sih rebutan air aja sampai masuk headline? Nggak lucu,” ujar Ade, menyentil dengan lembut keretakan-keretakan kecil yang pernah muncul dalam koordinasi dua wilayah ini.
Sementara itu, Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, bicara lebih normatif tapi tetap bernas.
“Ini pemisahan administratif, bukan perceraian ideologis. Kolaborasi tetap penting. Apalagi urusan air, jangan sampai warga disuruh mandi pakai niat aja,” ucap Tri sambil merujuk kerja sama Kota Bekasi dengan PAM Jaya DKI untuk menyelamatkan wilayah perbatasan dari kekeringan sistemik.
Ia juga menegaskan bahwa penataan aset ini demi mencegah penguasaan oleh tangan-tangan nakal.
“Lahan publik itu untuk rakyat, bukan untuk makelar berkedok ‘pengusaha lokal’. Kita sudah belajar dari kasus Jatisampurna. Jangan sampai sejarah jadi kebiasaan,” tegasnya.
Tak lupa, Tri menyisipkan harapan bahwa dua Perumda Tirta Bhagasasi dan Tirta Patriot bisa bersaing secara sehat, bukan saling jegal.
“Kalau perlu duel mutu air, jangan duel anggaran promosi. Kita ini jual air, bukan jual mimpi,” katanya, menggarisbawahi pentingnya profesionalisme.
Akhirnya, meski pemisahan sudah dimulai, masih ada dua aset tersisa yang belum juga ‘dipindah KTP’. Seperti rumah tangga yang masih menyisakan foto kenangan di dinding, proses ini belum tuntas.
Tapi kedua kepala daerah sepakat air harus bersih, dokumen harus lengkap, dan masyarakat tidak boleh jadi korban keruhnya politik pengelolaan.***