Abu Sahlan yang juga Kepala Pekon Sanggi Unggak menjelaskan, tradisi Belangekhan dengan cara mandi bersama ini biasanya dilakukan di sungai besar. Karena di wilayah pekon setempat tidak ada sungai besar sehingga hanya diambil contoh dua pasang muli mekhanai atau bujang gadis Lampung yang kemudian disiram atau dimandikan.
“Jadi tradisi ini kita gali kembali dan akan kita lestarikan,” ujarnya dikutip Wawai News dari Radar Tanggamus.
BACA JUGA: Sambut Bulan Ramadhan, Pemprov Lampung Gelar Ritual Budaya Blangikhan
Supaya kegiatan Belangekhan lebih menarik, lanjut Sahkan, saat ini kegiatan tersebut dikemas dengan tradisi, budaya, adat istiadat dan agama.
“Kalau dulu Tradisi Belangekhan cuma mandi bersama aja, jadi kegiatanya cuma sebentar. Nah, biar lebih menarik, sekarang kegiatan tersebut digabung, ada tarianya, bubandung, hadroh dan tausiah siraman rohani,” terangnya.
Biasanya, imbuh Sahlan, di beberapa daerah lain tradisi Belangekhan disebut dengan Belingau dan Ngelap.
BACA JUGA: 5 Tradisi Lampung Cukup Populer sampai Akhir Tahun 1990
“Untuk di wilayah Tanggamus, mungkin di pekon kita ini kegiatan Belangekhan yang dilaksanakan dengan cukup meriah. Karena sudah sejak lama kegiatan ini memang tidak pernah diadakan,” ungkap Sahlan yang juga pemilik Museum Keratuan Semaka itu.
Ia berharap, melalui kegiatan ini, kedepanya generasi penerus lebih mengetahui dan melestarikan tradisi, adat dan budaya Lampung. (*)







