WAWAINEWS.ID – Berhenti makan gula mungkin terdengar mudah cukup jauhi minuman manis, cemilan bersalut gula, dan kue-kue yang menggoda.
Namun sebuah simulasi yang diunggah kanal YouTube Untold Healing menunjukkan fakta yang lebih kompleks, tubuh manusia ternyata bereaksi “dramatis” ketika pasokan gula dihentikan mendadak.
Tanpa disadari, banyak orang mengonsumsi hingga 17 sendok teh gula tambahan per hari tiga kali lipat dari batas aman. Tak heran tubuh kaget ketika asupan itu tiba-tiba dihentikan.
Lantas, apa sebenarnya yang terjadi pada tubuh saat memutus konsumsi gula? Berikut prosesnya, dari yang paling berat sampai yang mengajarkan kita bahwa tubuh bisa pulih, asal kita bertahan sedikit lebih lama.
1. Hari 1–2: Tubuh Mendadak ‘Kaget’, Kepala Protes, Mood Meledak
Dua hari pertama adalah masa paling “drama”. Dikutip dari Unilad, tubuh seperti bertanya-tanya, “Halo, gula saya ke mana?”
Efeknya bisa berupa:
- sakit kepala
- mudah marah
- keinginan makan meningkat
- energi menurun
- suasana hati naik-turun seperti roller coaster
Ini dikenal sebagai gejala putus gula, tanda tubuh mulai menarik rem darurat dan berusaha beradaptasi tanpa pasokan manis yang biasa ia terima.
2. Hari 3–4: Energi Stabil, Kabut Otak Mulai Hilang
Memasuki hari ketiga dan keempat, tubuh mulai menemukan ritmenya kembali. Banyak orang merasa seperti kabut yang menghalangi fokus tiba-tiba menghilang.
Efek yang terasa:
- energi lebih stabil sepanjang hari
- rasa kantuk sore hari berkurang
- pikiran terasa lebih cerah
Pada tahap ini, sebagian orang mulai berkata, “Oh, ternyata hidup tanpa gula bisa juga.”
3. Hari 5–7: Kulit Lebih Bersih, Tidur Lebih Nyenyak
Efek positif bukan hanya dirasakan, tetapi juga terlihat.
Manfaat yang biasanya muncul:
- kulit lebih bersih dan cerah
- jerawat berkurang
- peradangan mereda
- wajah terlihat tidak lagi bengkak
- tidur menjadi lebih nyenyak
- keinginan mengudap yang manis mulai mereda
Ini adalah fase ketika tubuh mulai menunjukkan terima kasih karena tidak diberi gula berlebih.
Mengapa “Putus Gula” Berat? Jawabannya Ada di Otak
Menurut pusat rehabilitasi Addiction Help, gula bekerja layaknya pemicu dopamin—zat kimia otak yang menimbulkan rasa senang dan puas.
Efek jangka panjangnya:
- konsumsi gula berlebih dapat menimbulkan ketergantungan
- penurunan asupan memicu gejala mirip putus zat adiktif ringan
Gejala putus gula antara lain:
- sakit kepala
- mual
- lelah
- mudah marah
- mood tidak stabil
- kecemasan
- konsentrasi menurun
Tubuh sebenarnya bukan “drama”, ia hanya mengalihkan sistem energi dan kimia otak setelah bertahun-tahun dimanjakan gula.
Kuncinya: Konsistensi, Bukan Sempurna
Simulasi menekankan fakta penting: banyak orang mencoba berhenti total dari gula, gagal di tengah jalan, lalu masuk ke pola putus–kambuh berkali-kali.
Jika berhenti total terasa berat:
- kurangi secara bertahap
- mulai dari minuman manis
- pilih camilan dengan gula lebih rendah
- perbanyak protein, serat, dan air
- jangan menyiksa diri—perubahan kecil yang konsisten lebih efektif daripada diet ekstrem yang hanya bertahan seminggu
Mengurangi gula bukan hanya soal tubuh yang lebih sehat, tetapi juga soal menghargai diri sendiri: memberi tubuh kesempatan bekerja lebih efisien tanpa beban tambahan.***













