Scroll untuk baca artikel
Hukum & Kriminal

Biduan Ditampar di Atas Panggung, Pesta Pernikahan di Purwodadi Berubah Jadi, Viral

×

Biduan Ditampar di Atas Panggung, Pesta Pernikahan di Purwodadi Berubah Jadi, Viral

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi
ilustrasi

PURWODADI — Sebuah pesta pernikahan di Desa Jagalan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mendadak berubah dari hiburan rakyat menjadi tontonan tegang penuh emosi, Jumat (17/10/2025) malam.

Seorang pria menampar seorang biduan di atas panggung hiburan setelah ajakannya untuk merangkul sang penyanyi ditolak mentah-mentah.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Aksi itu terekam dalam video berdurasi 29 detik yang beredar luas di media sosial. Dalam rekaman tersebut, terlihat pria bertopi menunjuk dan memaki sebelum menampar keras si biduan yang sedang duduk sampai kursinya ikut terangkat.

Suasana pesta seketika bergeser dari dangdut romantis menjadi adegan aksi real-time tanpa skrip.

Kapolsek Purwodadi, AKP Siswanto, membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut insiden itu terjadi sekitar pukul 22.00 WIB, saat acara hajatan berlangsung.

“Kejadiannya tadi malam, sekitar jam sepuluh di kampung Jagalan. Dalam rangka pernikahan, si pelaku ingin merangkul biduan, tapi ditolak. Mungkin karena gengsi atau salah tempo, akhirnya biduannya ditampar,” ujar Siswanto, seperti dikutip Wawai News, Minggu (19/10/2025).

Setelah peristiwa itu, korban langsung melapor ke polisi.

“Kasusnya sudah dibuatkan aduan dan sekarang ditangani oleh Polres Grobogan, karena Polsek hanya menangani keamanan dan ketertiban masyarakat, bukan perkara pidana,” lanjutnya.

Acara yang seharusnya menjadi ajang hiburan justru berujung kekacauan. Para tamu undangan yang awalnya ikut berjoget, mendadak membeku antara kaget, heran, dan tidak percaya bahwa “drama sinetron” kini bisa disaksikan langsung tanpa biaya langganan.

Video kejadian itu pun viral di media sosial. Warganet bereaksi cepat dengan komentar khas netizen Indonesia:

  • “Salah panggung, Bang. Ini hajatan, bukan sinetron FTV!”
  • “Tamparan keras buat moral penonton dangdut.”
  • “Respect buat kursi yang masih setia menopang, walau diseret masalah orang.”

Kasus ini kembali membuka luka lama dunia hiburan rakyat: ketika panggung dianggap ruang bebas tanpa batas.

Di balik dentuman musik dan kerlip lampu, masih banyak penonton yang belum paham bahwa biduan bukan properti panggung, dan menolak pelukan bukan alasan untuk kehilangan akal sehat.

Ironinya, pelaku yang menampar justru mempermalukan dirinya sendiri di depan ratusan mata, membuktikan bahwa ego yang tersinggung ternyata bisa lebih keras dari suara sound system hajatan.

Polres Grobogan kini menangani perkara ini lebih lanjut. Pelaku bisa dijerat pasal penganiayaan ringan dengan ancaman hukuman penjara, sementara korban mendapat pendampingan hukum.

Redaksi hanya bisa berharap, ke depan pesta pernikahan di kampung tak lagi menampilkan adegan bonus yang tak tercantum di rundown acara.
Karena sesungguhnya, dangdut boleh panas asal emosi tetap dingin.***

SHARE DISINI!