TANGGAMUS — Di tengah harga beras yang makin naik dan dompet warga yang makin tipis, Pemerintah Pekon Dadirejo, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus, tetap berupaya menghadirkan secercah napas bagi warganya. Rabu, 5 November 2025, pemerintah pekon menyalurkan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) kepada 10 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Masing-masing keluarga menerima Rp900.000 untuk periode Juli hingga September 2025 jumlah yang mungkin tak membuat kaya, tapi cukup untuk membuat dapur kembali mengepul beberapa minggu ke depan.
Kegiatan penyaluran berlangsung di Balai Pekon Dadirejo, dengan kehadiran Pendamping Lokal Desa (PLD) dan perwakilan dari Kecamatan Wonosobo, memastikan proses berjalan transparan dan tertib.
Dalam sambutannya, Kepala Pekon Dadirejo, Rujito, menegaskan agar bantuan digunakan dengan bijak.
“Uangnya mungkin gak seberapa, tapi bisa meringankan kebutuhan keluarga. Saya harap dipakai untuk kebutuhan pokok, bukan yang lain. Kami juga mohon dukungan warga agar terus bersama membangun pekon ini,” ujar Rujito di hadapan warga dengan nada bersahabat namun tegas.
Rujito juga menyinggung pentingnya sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat agar setiap program, baik pembangunan fisik maupun sosial, bisa berjalan lancar dan berdampak langsung pada warga.
Namun, suasana haru justru datang dari para penerima bantuan. Sumini, seorang lansia, tak kuasa menahan rasa lega saat menerima amplop BLT-DD.
“Alhamdulillah bang, ini bantuan yang kami tunggu-tunggu. Sekarang cari upahan susah, mau panen juga gak ada hasil. Uang ini buat beli beras, buat makan keluarga,” tuturnya sambil menatap amplop di tangannya seolah itu tiket untuk bertahan hidup.
Ia sempat bergurau lirih, “Kalau gak ada BLT, mungkin nasinya tinggal harapan.” disambut tawa kecil warga lainnya yang senasib.
Hal senada diungkapkan Asmawi, warga lain yang juga menerima bantuan. Dengan wajah lelah tapi tetap bersemangat, ia bercerita tentang sulitnya mencari pekerjaan harian.
“Mau upahan aja gak ada tempat. Sekarang semua serba mahal beras Rp13.500 sekilo, gula, minyak, bawang, semua naik. Jadi ya BLT ini sangat menolong, bang,” katanya, separuh bercanda separuh mengeluh.
Bagi warga Dadirejo, BLT-DD bukan sekadar bantuan, tapi bukti nyata bahwa pemerintah desa masih peduli, bahkan di tengah perekonomian yang seperti jalan di tanjakan curam.
Penyaluran ini sekaligus menjadi pengingat bahwa program Dana Desa bukan hanya tentang pembangunan fisik seperti jalan dan jembatan, tapi juga tentang keberpihakan terhadap rakyat kecil mereka yang mungkin tak punya suara lantang, tapi punya perut yang tetap harus diisi.
Rujito menutup acara dengan pesan sederhana tapi kuat: “Pemerintah pekon akan terus berjuang agar bantuan seperti ini tepat sasaran. Kita ingin Dadirejo bukan hanya jadi desa yang hidup, tapi juga yang menghidupi warganya.”
Sebuah pesan yang terdengar sejuk di tengah panasnya ekonomi dan semoga, tak hanya berhenti di meja balai pekon.***













