Scroll untuk baca artikel
Lampung

Bodong Demi Pengabdian, Rakyat Tanjung Sari Tuntut Ijazah Iman Dibanding Dokumen Negara

×

Bodong Demi Pengabdian, Rakyat Tanjung Sari Tuntut Ijazah Iman Dibanding Dokumen Negara

Sebarkan artikel ini
Foto: Ratusan warga Desa Sidomukti, didominasi emak-emak militan, turun ke jalan Sabtu pagi 2 Agustus 2025

LAMPUNG SELATAN – Ratusan warga Desa Sidomukti, didominasi emak-emak militan, turun ke jalan Sabtu pagi 2 Agustus 2025, bukan untuk demo harga sembako, melainkan membela sebuah ijazah bodong yang konon lahir dari niat tulus melayani rakyat.

Aksi itu digelar sebagai bentuk cinta luar biasa pada sosok Supriyati, anggota DPRD Lampung Selatan dari Dapil 6 yang sedang dituntut 1 tahun 4 bulan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam perkara pemalsuan ijazah.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Supriyati, yang menurut penggemarnya adalah “wakil rakyat sejak sebelum jadi wakil rakyat,” dianggap hanya korban sistem. Sistem apa? Sistem negara yang tega mengatur jadwal pendaftaran caleg lebih cepat daripada ijazah palsu sempat dicetak. Ironisnya, ketidaksinkronan ini menurut warga lebih pantas dituntut daripada Supriyati sendiri.

BACA JUGA :  ASDP Mediasi Penumpang KMP Mutiara Persada II

“Kalau kalian di posisi Bu Supriyati, pasti juga pakai cara darurat. Masa negara nggak ngerti rakyatnya?” sindir Suratman, warga Sidomukti yang kini aktif sebagai juru bicara non-resmi emak-emak peduli ijazah sebagaimana dilansir Wawai News, Minggu 3 Agustus 2025.

Sembari mengacungkan karton bertuliskan “Ijazah Boleh Bodong, Hati Kami Tidak!” dan “Tuhan Saja Maha Pemaaf, Masa Jaksa Tidak?”, warga bahkan menyodorkan fotokopi ijazah Supriyati yang katanya asli dari PKBM Anggrek, walau yang didaftarkan adalah dari PKBM Bougenville. Bunga boleh beda, tapi niat tetap satu, berkhidmat.

Eka, warga yang pernah dibantu Supriyati saat hendak melahirkan, menegaskan, kalau bukan karena Supriyati, mungkin anaknya lahir di becak. Jadi hanya karena gara-gara selembar ijazah, Supriyati harus dipenjara?

BACA JUGA :  152 Kades Dilantik, Bupati Lamtim Pesan Tidak Asal Ganti Perangkat

Demo yang berlangsung selama tiga jam itu diakhiri dengan doa bersama, petisi, dan tangisan haru. Bahkan, seorang warga dari desa sebelah yang pernah dibantu pulsa juga ikut hadir menyuarakan dukungan.

Sementara itu, Supriyati mengaku terharu. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah merugikan siapapun, hanya mungkin merugikan keabsahan sistem pendidikan nasional.

“Saya ini korban. Korban harapan rakyat, korban niat baik, korban sistem yang telat bagi ijazah,” ucapnya sambil tersenyum getir, seraya mengenang masa-masa dirinya berjuang sejak zaman program Gakin.

Sebagai Ketua Srikandi PDIP di Desa Sidomukti, Supriyati merasa tanggung jawabnya bukan hanya soal legislasi, tapi juga logistik rakyat, termasuk urusan antar-jemput warga sakit pakai mobil pribadi.

BACA JUGA :  Balita Penderita Hidrosefalus di Lamtim Butuh Bantuan

“Kalau niat baik harus pakai ijazah asli, berarti orang baik yang sekolahnya lama baru bisa jadi wakil rakyat. Lalu bagaimana kami yang cuma punya waktu dan hati?” pungkasnya lirih. ***