0leh: Yusuf Blegur
WAWAINEWS – Ini kisah tentang suatu negeri yang manusianya tak lagi diperlakukan manusiawi. Saat binatang liar dan buas sekalipun, dididik untuk bertingkah jinak dan bersahabat layaknya mahkluk berakal dan berbudi pekerti.
Sementara manusia diintai, terancam, diterkam dan dianiaya tak ubahnya binatang buruan.
Pembunuhan begitu mudah dipertontonkan oleh bahasa dan perilaku kekuasaan, kalaupun tetap hidup manusia kehilangan kehormatan dan harga dirinya.
Terampas haknya, menjadi tak berarti dan sia-sia sebagai korban dari eksploitasi kebinatangan manusia.
Baca Juga :Media Sosial Revolusioner
Ada sebuah negara bangsa yang sering mengaku berasal dari peradaban besar dan kebudayaan adi luhung.
Terkenal dengan tradisi ketimuran, religius dan berahlak mulia.
Selain patriotisme dan nasionalisme yang menyejarah, nenek moyangnya mewarisi keberanian menegakkan kebenaran dan keadilan.
Baca Juga : Tragis! Anak Sembelih Ibu Kandung di Lampung Utara
Tepo seliro dan toleransi yang tinggi menjadi urat nadi dari karakteristik sifat gotong royong yang mengokohkan kebhinnekaan dan kemajemukan populasinya.