ACEH SELATAN – Bupati Aceh Selatan Mirwan MS tengah menjadi sorotan nasional setelah melaksanakan ibadah umrah pada 2 Desember, tepat ketika 11 kecamatan di wilayahnya masih berjibaku dengan banjir dan longsor.
Ironisnya, empat hari sebelumnya, Mirwan telah menerbitkan surat resmi bernomor 360/1315/2025 yang menyatakan ketidaksanggupannya menangani tanggap darurat bencana.
Surat itu seperti menutup pintu kantor, sementara koper umrah sudah tampak lebih siap daripada logistik pengungsian.
Berikut rangkuman fakta yang membuat publik mengernyitkan dahi, sebagian karena marah, sebagian lagi karena tak habis pikir.
- Dikecam Warga, Air Surut, tetapi Rasa Pahit Tidak
Warga Aceh Selatan, Nasrol, menyampaikan bahwa meski debit air telah menurun, masih ada masyarakat yang mengungsi hingga kini.
“Airnya sudah surut. Tapi pengungsi masih ada,” ujarnya singkat, padat, dan cukup untuk menjelaskan mengapa warganet ramai-ramai bertanya? “Kalau rakyat masih di tenda, masa pemimpin sudah di Masjidil Haram?”
- Gubernur Aceh Tolak Izin Umrah, Bupati Tetap Berangkat
Permohonan Mirwan untuk melakukan perjalanan umrah sejak awal sudah ditolak Gubernur Aceh, Muzakir Manaf (Mualem). Alasannya jelas. Aceh sedang dilanda bencana besar.
Jubir Pemerintah Aceh menegaskan bahwa surat penolakan itu tertulis, bukan sebatas pesan WhatsApp yang bisa di-skip.
Namun, Mirwan memilih keputusan sendiri seolah tiket umrah tak bisa dijadwalkan ulang tetapi banjir bisa.
- Pejabat Klaim Kondisi Aceh Selatan Sudah Stabil
Kabag Prokopim Aceh Selatan, Denny Saputra, menyebut keberangkatan bupati dilakukan setelah kondisi dianggap “stabil”.
Stabil versi siapa?
Versi pemerintah daerah, debit air turun. Versi warga, masih hidup di tenda dan dapur umum. Dugaan publik kata “stabil” di sini mungkin berarti stabil menunggu klarifikasi.
- Bupati Disebut Sudah Tinjau Lokasi Sebelum Terbang
Denny menegaskan Mirwan sempat mengunjungi lokasi terdampak dan menyalurkan bantuan sebelum berangkat. Benar atau tidak, publik tetap mempertanyakan?
Tinjauan lokasi itu untuk memastikan kebutuhan rakyat terpenuhi, atau memastikan bupati bisa pergi tanpa beban pikiran?
- Imbas Politik, Dicopot dari Ketua DPC Gerindra
Partai Gerindra tidak menunggu air banjir benar-benar kering untuk bertindak.
Sekjen Gerindra Sugiono menyatakan bahwa sikap Mirwan tidak mencerminkan kepemimpinan yang layak, sehingga DPP memutuskan mencopotnya sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan.
Jika publik kecewa adalah gelombang pertama, maka keputusan Gerindra adalah gelombang susulan yang menegaskan. Tanggung jawab jabatan tidak bisa ditinggal begitu saja bahkan jika alasannya umrah.
Bencana memang datang tiba-tiba.
Namun bencana kepemimpinan seperti mengambil cuti spiritual di tengah rakyat kehilangan tempat tinggal biasanya datang dari pilihan personal yang buruk.
Aceh Selatan sedang berusaha bangkit dari banjir dan longsor. Sementara itu, publik masih menunggu. Apakah setelah pulang umrah, Bupati Mirwan membawa pencerahan, atau hanya oleh-oleh? ***













