Scroll untuk baca artikel
Info Wawai

Burung Hantu, Bisa Jadi Solusi Alami Petani untuk Basmi Hama Tikus

×

Burung Hantu, Bisa Jadi Solusi Alami Petani untuk Basmi Hama Tikus

Sebarkan artikel ini
Foto burung Hantu

WAWAINEWS.ID – Baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto berjanji akan memberikan 1.000 ekor burung hantu untuk membantu petani mengusir hama tikus.

Janji itu ia sampaikan ketika dicurhati para petani Majalengka, Jawa Barat, soal maraknya hama tikus yang menyerang persawahan.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Diketahui bahwa, pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami hama tikus telah menjadi salah satu strategi pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan.

Hama tikus menjadi momok yang mengancam hasil panen padi. Dalam semalam, puluhan hektare sawah bisa habis digerogoti oleh tikus yang lapar.

Batang padi yang baru tumbuh dicabut, benih dicuri, dan panen disapu habis. Dalam satu tahun, satu induk tikus bisa melahirkan ribuan keturunan, membuat siklus kehancuran ini seolah tak ada ujung.

Namun, ada harapan baru bagi petani Indonesia. Burung hantu, khususnya spesies Tyto alba, telah terbukti efektif sebagai predator alami hama tikus.

BACA JUGA :  Alhamdulillah, Tarinah Akhirnya 'Hidup Lagi' Setelah Sempat Didata Meninggal

Dengan kemampuan memangsa hingga lima ekor tikus per malam, burung hantu dapat menjadi solusi yang ramah lingkungan dan efektif untuk mengendalikan populasi tikus di persawahan.

Tyto alba, atau burung hantu barn, adalah spesies burung hantu yang dikenal adaptif terhadap iklim tropis dan tidak agresif terhadap manusia.

Mereka memiliki kemampuan unik untuk terbang tanpa suara dan dapat memutar leher hingga 270 derajat, membuatnya menjadi predator yang efektif.

Owl Research Institute menyebutkan ada 250 jenis burung hantu tersebar di dunia. 54 jenis diantaranya ada di Indonesia, beberapa merupakan spesies endemik.

Merujuk data Kementerian Pertanian, burung hantu dapat menjangkau radius 12 kilometer dari sarangnya, membuatnya dapat mengendalikan populasi tikus di area yang luas.

BACA JUGA :  Prabowo: Upah Minimum Nasional (UMN) Tahun 2025, Sebesar 6,5 Persen

Selain itu, burung hantu juga dapat memangsa tikus dalam jumlah signifikan di alam terbuka, membuatnya menjadi solusi yang efektif untuk mengendalikan hama tikus. Sekaligus mengurangi penggunaan racun kimia untuk hama tikus.

Satu hal, pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami hama tikus telah menjadi salah satu strategi pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan.

Dengan menyediakan rumah burung hantu atau rubuha di lahan pertanian, petani dapat membantu meningkatkan populasi burung hantu dan mengendalikan populasi tikus.

Menurut Yudhistira Nugraha, Peneliti Ahli Madya yang juga Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pendekatan terpadu yang menggabungkan metode mekanik dan biologis dapat menjadi kunci keberhasilan pengendalian hama tikus.

“Pendekatan terpadu ini menjadi kunci agar populasi tikus bisa ditekan dengan cepat sebelum stabil kembali dengan bantuan predator alami,” ujar Yudhistira seperti dikutip dari laman BRIN, 2 Mei 2025.

BACA JUGA :  Permudah Ibadah Haji dan Umroh, Baitullah Tawarkan Platform Digital

Penggunaan burung hantu sebagai pengendali hama juga memerlukan pengelolaan yang cermat.

Jika populasi Tyto alba tidak dikendalikan dan makanan utama mereka menipis, mereka bisa memangsa spesies lain seperti burung kecil, kelelawar, bahkan ternak kecil.

“Dalam jangka panjang, hal ini bisa mengganggu keseimbangan ekosistem lokal. Oleh karena itu, diperlukan pemantauan dan pengaturan populasi secara berkelanjutan,” kata Yudhistira.

Tentunya, produksi padi dan jagung makin meningkat melalui pengendalian hama tikus yang efektif. Serta mendukung budi daya pertanian yang berkelanjutan sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Keterlibatan Petani dan Dukungan Pemerintah

Keberhasilan pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami hama tikus sangat bergantung pada keterlibatan petani dan dukungan pemerintah.