Opini

Catatan Yusuf Blegur Terkait Kontestasi Capres Pemilu 2024 : Sandiwara Dinasti?

×

Catatan Yusuf Blegur Terkait Kontestasi Capres Pemilu 2024 : Sandiwara Dinasti?

Sebarkan artikel ini
Yusuf Blegur
Yusuf Blegur

Disampaikan Oleh Yusuf Blegur

WAWAINEWS.ID – Jokowi dan Megawati telah menguras perhatian dan energi rakyat selama hampir 10 tahun ini. Keduanya sering memainkan mimik, gimik dan gestur seolah-olah telah terjadi konflik.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Namun sesungguhnya, mereka sedang memainkan sandiwara atau drama politik dinasti yang langgeng selama bersamaan menikmati kekuasaan.

Megawati telah mengunci Jokowi dihadapan publik dengan stempel petugas partai pada orang nomor satu di Indonesia.

Mengandalkan jabatan ketua umum PDIP, Megawati memberi sinyal betapapun Jokowi telah menjadi presiden, ia tetaplah kader partai, petugas partai dan bahkan disebut-sebut pesuruh partai.

Didampingi 26 Pengacara, Yusuf Blegur Beri Klarifikasi di Polres Depok

PDIP terlalu banyak mengambil keuntungan melalui Jokowi sebagai presiden, tak kurang dari uang, jabatan dan popularitas kian bertambah dengan menunggangi mantan walikota Solo tersebut.

BACA JUGA :  Anies dan Demokrasi Bau Amis

Jokowi merasa berhutang budi pada Megawati, Megawati bersama PDIP merasa punya andil pada karir politik Jokowi, termasuk mengusung, menjadikan dan mengamankan Jokowi menjadi presiden hingga dua periode.

Keduanya membangun hubungan simbiosis mutualisme, saling memanfaatkan, saling memengaruhi, dan saling mengelola pemerintahan hingga berdampak pada keberlangsungan NKRI.

AMIN dan IMAN

Konstelasi dan konfigurasi politik nasional sempat terguncang saat Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi mendadak muncul sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto sebagai calon presiden besutan tujuh partai politik.

Bukan karena kehebatannya, bukan karena prestasinya dan juga bukan karena kharismanya. Kemunculan Gibran sebagai cawapres, menghentak khalayak karena faktor pelanggaran konstitusi dan ketidakpantasan secara etika maupun norma-norma ketatanegaraan. Naiknya Gibran dalam panggung pilpres 2024 yang dikatrol lewat keputusan MK yang ketuanya ipar Jokowi.

BACA JUGA :  Menjawab Loyalis Buta Prabowo Yang Menyerang Anies Tanpa Dasar

Telah menghancurkan Marwah UU dan DPR, semakin melengkapi kejahatan konstitusi yang selama pemerintahan Jokowi sering berlangsung.

Gibran Ajukan Program Unggulan, Sebelum Daftar ke KPU

Gibran yang belum genap 40 tahun dan masih menjabat walikota Solo, seakan meniru gaya dan kelakuan bapaknya yang loncat sana-loncat sini dalam jabatan publik yang belum usai periodenya, seperti haus kekuasaan.

Gibran juga relatif masih bau kencur dan anak kemarin sore dalam politik yang dengan status anak presiden bisa mengalahkan beberapa ketua umum partai politik besar.

Entah karena Gibran kelewat jenius atau para ketua umum partai politik itu yang terlalu pandir atau memiliki mental jongos.

Mungkin semua gerombolan ketua umum partai politik yang tergabung dalam koalisi pemerintahan tersebut memang sudah saling terikat, saling tersandera dan saling menjaga keselamatan masing-masing.

BACA JUGA :  Persiapan Debat Terakhir Pilpres, Sudah Siap

Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Ketua PDIP Kota Bekasi: Biarkan Masyarakat Menilai

Padahal para ketua umum partai politik itu para doktor, berpengalaman makan asam garam politik dan memiliki kemapanan sosial ekonomi. Kasihan mereka, jadi manusia kerdil karena terganjal skandal dan pengasihan Jokowi.

Kembali ke Megawati dan Jokowi, meski keduanya punya capres dan cawapres yang dimunculkan Madinah-masing, akan tetapi secara struktur pemerintahan dan partai politik mereka tetap solid.