Scroll untuk baca artikel
PendidikanTANGGAMUS

Cetak Generasi Melek Digital, Mahasiswa STEBI Tanggamus Belajar Tulis dengan Bantuan AI

×

Cetak Generasi Melek Digital, Mahasiswa STEBI Tanggamus Belajar Tulis dengan Bantuan AI

Sebarkan artikel ini
Mahasiswa dan Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) Tanggamus, Lampung, memadati aula kampus pada Minggu 5 Oktober 2025

TANGGAMUS – Mahasiswa dan Dosen Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) Tanggamus, Lampung, memadati aula kampus pada Minggu 5 Oktober 2025. Mereka antusias mengikuti Pelatihan Penulisan Skripsi, Buku, dan Jurnal Ilmiah yang mengusung tema menarik, “Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk Meningkatkan Kualitas Karya Tulis Akademik.”

Kegiatan ini menghadirkan Bambang Dwi Wijiarko, praktisi literasi digital dan penulis nasional, sebagai narasumber. Sementara Riki Renaldo, Ketua STEBI Tanggamus, membuka acara dengan pesan yang langsung mencuri perhatian.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

“Mahasiswa tidak boleh alergi teknologi. AI itu bukan ancaman, tapi alat bantu. Gunakan dengan cerdas, tapi jangan serahkan akal sehat kalian pada mesin,” tegas Riki.

Riki memaparkan, kampus berbasis ekonomi Islam itu berkomitmen mencetak generasi akademik yang melek digital sekaligus berintegritas.

“Kita ingin mahasiswa bisa bersaing di era teknologi, tapi tetap berpegang pada nilai moral dan orisinalitas,” papar Riki.

Menurutnya, AI hanya alat bantu, hasil akhir tetap ditentukan oleh ide dan kerja keras mahasiswa itu sendiri. Menulis di Era Digital, Antara Kreativitas dan Integritas

Dalam paparannya, Bambang Dwi Wijiarko menjelaskan bahwa penggunaan AI di dunia akademik sudah menjadi keniscayaan. Berbagai aplikasi berbasis AI kini bisa membantu mahasiswa menyusun kerangka skripsi, memperbaiki tata bahasa, hingga mencari referensi jurnal internasional.

“AI bisa jadi asisten riset pribadi kalian. Tapi ingat, AI tidak bisa menggantikan rasa ingin tahu dan kejujuran berpikir,” ujar Bambang, yang disambut tepuk tangan peserta.

Pelatihan ini menjadi pengalaman baru bagi mahasiswa STEBI Tanggamus. Mereka tidak hanya belajar menulis skripsi, tapi juga memahami bagaimana teknologi dapat menjadi partner produktif, bukan ancaman.

“AI bukan shortcut menuju skripsi cepat, tapi jembatan menuju karya yang lebih baik,” tutup Bambang Dwi Wijiarko di akhir sesi.

Menariknya, pelatihan ini tidak sekadar teori. Mahasiswa diajak langsung mempraktikkan cara memanfaatkan AI untuk menulis abstrak dan merapikan kalimat akademik. Hasilnya? Beberapa karya buatan AI justru memancing tawa karena “terlalu pintar” dan tidak sesuai gaya mahasiswa Indonesia.

“Lucu juga, AI bisa nulis lebih rapi dari saya,” kata salah satu peserta sambil tertawa. “Tapi saya jadi tahu caranya memperbaiki tulisan tanpa kehilangan ciri khas sendiri.” tandasnya.

Dengan semangat baru, para mahasiswa pun pulang dengan satu kesimpulan sederhana, di era digital ini, menulis bukan lagi soal jari yang mengetik, tapi tentang bagaimana pikiran manusia mampu memimpin kecerdasan buatan, bukan sebaliknya. ***

SHARE DISINI!