Scroll untuk baca artikel
Opini

Corak Idiologis Pendukung Capres, Kalian yang Mana?

×

Corak Idiologis Pendukung Capres, Kalian yang Mana?

Sebarkan artikel ini
Kertas suara untuk Pemilihan Presiden 2024
Kertas suara untuk Pemilihan Presiden 2024

Hisbut Tahrir Indonesia, merupakan gerakan politik transnasional. Mereka hanya bisa menerima sistem khilafah versinya. Menganggap sistem demokrasi, termasuk sistem politik di Indonesia sebagai toghut. Maka ia terus mencari kuda troya untuk tempat perlindungan persemaian gagasannya.

Sedangkan Wahabi, merupakan gerakan keagamaan dengan klaim pemurnian ajaran. Selain ajarannya sering dihukumi sebagai bid’ah. Dan setiap bi’ah itu sesat.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

Pandangan ke-Islaman yang ada di Indonesia dihantamnya sebagai bid’ah dan harus di dekonstruksi.

Maka ia memerlukan kuda troya untuk memberi perlindungan dalam penyemaian gagasannya. Termasuk perlindungan akan eksistensi masa depannya.

Ketiga elemen ini menyelinap sebagai pendukung Prabowo pada pemilu 2014 dan 2019. Pada tahun 2024 ini, Prabowo tidak mau kembali sebagai kuda troya bagi ketiganya.

BACA JUGA :  Solusi Hukum Polemik Nasab Habaib

Maka paslon 01 sebagai tempat pelarian. Hal ini didukung fakta sepinya jargon-jargon keagamaan sebagai justifikasi kegiatan politik selain pada paslon 01.

Bagaimana dengan corak politik pendukung capres 02?. Terdiri dari Gerindra, Demokrat, Golkar, PAN.

Idiologi politik Gerindra dicoraki secara kuat oleh figur pimpinannya. Ialah Saptamargais-pluralis. Corak idilogi Saptamargais bisa dikatakan sebagai nasionalis religius. Merupakan doktrin untuk setia dan bangga pada idiologi Pancasila dan NKRI. Kesetiaan pada Pancasila berarti kesetiaan pada peradaban bangsa ber Tuhan. Maka ia bercorak pula religus selain nasionalis.

Partai Demokrat bercorak Saptamargais-Demokrat. Oleh keberadaan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono. Mengingat Saptamargais berarti pula nasionalis-religius, maka idiologi partai ini bercorak nasionalis-religius-demokrat.

Golkar lebih pada corak politik pragmatis-pluralis. Pada masa jayanya, era orde baru, golkar sangat nasionalis karena terbawa doktrin Saptamargais. Dalam format ABG (ABRI-Birokrat-Golkar). Pasca Orba, Golkar lebih pada corak pragmatis-pluralis.

BACA JUGA :  Serahkan Langsung Rekomendasi ke Ansar-Nyangnyang untuk Pilkada Kepri, Prabowo: Diserang Fitnah, Seyumin Aja!

Adapun PAN, lebih bercorak religius-pragmatis. Corak religiusnya sebagai konsekuensi historis keberadannya merupakan salah satu saluran politik warga Muhammadiyah. Walau seperti NU, tidak semua warga Muhammadiyah bernaung secara politik di PAN.

Bagaimana dengan paslon 3?. Didukung PDIP dan PPP.

PDIP lebih bercorak kiri-liberal. Hal ini tercermin pada dua dekade sebagai pemenang pemilu. Gagasan nasionalis atau Soekarnoisme tenggelam oleh romantisisme dan glorifikasi kebesaran Presiden Soekarno. Selebihnya diwarnai gagasan-gagasan kiri-liberal. Seperti rehabilitasi politik gerakan kaum kiri, penggunaan idiom-idiom kiri seperti diksi “petugas partai” maupun akomodasi terhadap gagasan-gagasan liberal.

Sedangkan PPP lebih pada religius-nasionalis sebagaimana PKB. Namun kini eksistensinya melemah sehinga sulit menjadi pencorak dominan.

BACA JUGA :  Kok Bisa, Situs BIN Diretas HACKER!!

Corak politik ini akan mengalami pergeseran dan berpadu-kelindan ketika pilpres berlangsung dua putaran oleh konsekuensi koalisi. Jika paslon 01 dan 03 berkoalisi, maka corak baru akan terbentuk merupakan perpaduan beragam Idiologi. Mengingat PDIP merupakan partai dengan jumlah besar parlemen, maka ekssistensinya akan tetap kuat sebagai penyangga koalisi. Walaupun paslon 01 menang, maka corak kiri-liberal tidak akan hilang.

Atas realitas itu, jargon “pilih yang lebih baik agamanya” menjadi tidak sepenuhnya akurat. Keputusan pimpinan puncak akan dicoraki oleh kekuatan-kekuatan politik penyangganya.

Capres mana yang bisa melindungi dan membangun eksisitensi peradaban bangsa ber-Tuhan. Nasionalis-Religius (Saptamargais), atau kiri-liberal-transnasional ?. Semua dikembaikan ijtihad masing-masing rakyat Indonesia.

ARS (rohmanfth@gmail.com), 21-01-2024.***