Scroll untuk baca artikel
EkonomiHead Line

Dampak Efisiensi, PHRI Bekasi Ingatkan Rantai Ekonomi Bisa Putus Pelan-pelan

×

Dampak Efisiensi, PHRI Bekasi Ingatkan Rantai Ekonomi Bisa Putus Pelan-pelan

Sebarkan artikel ini
BPC PHRI Kota Bekasi menggelar Rakercab Perdana tahun 2025 dengan menyoroti kebijakan efisiensi, Kamis 20 November 2025 - foto doc

BEKASI — Kebijakan efisiensi pemerintah kembali menjadi “hantu ekonomi” bagi sektor perhotelan dan pariwisata di Kota Bekasi. Jika dulu hotel-hotel sibuk memesan kursi tambahan untuk rapat kementerian, kini ballroom justru mengumpulkan debu lebih cepat daripada peserta rapat.

Dalam Rapat Kerja Cabang (Rakercab) perdana PHRI Bekasi, Kamis (20/11/25), para pelaku industri sepakat sektor ini butuh napas buatan. Okupansi hotel kini mentok di 30–40 persen, angka yang di masa normal biasanya hanya muncul saat renovasi besar atau bencana nasional bukan karena kebijakan efisiensi.

GESER UNTUK BACA BERITA
GESER UNTUK BACA BERITA

General Manager Hotel Grand Caman Jatibening, Riza Bayu Aji, memaparkan kondisi secara lugas dan agak getir.

BACA JUGA :  Temui Kepala Kantor ATR/BPN, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Membahas Soal Penanganan Kali Bekasi

“Dulu satu kementerian bisa bikin 24 kegiatan setahun. Sekarang cuma 2 sampai 5 agenda. Jomplang banget,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa pendapatan hotel sebagian besar berasal dari banquet atau kegiatan, mencapai 60–70 persen. Artinya, ketika pemerintah memangkas acara, hotel kehilangan sumber hidup utamanya.

“Memang bukan sehoror pandemi, tapi tetap saja perih,” tambahnya. “Biasanya tahun baru itu masa panen. Sekarang malah harus banyak-banyak doa.”

Tak hanya hotel, shockwave efisiensi ini juga menghantam ekosistem ekonomi kecil yang selama ini ikut hidup dari kegiatan perhotelan:

  • pemasok sayuran,
  • penyedia transportasi,
  • UMKM jajanan pasar,
  • hingga freelancer MC dan dekorator yang kini lebih sering merapikan tali listrik daripada memegang mic.
BACA JUGA :  Tutut Soeharto Didorong Pimpin Golkar: Nostalgia Cendana

Ketua PHRI Kota Bekasi, Yogi Kurniawan, mengatakan kondisi ini sempat bikin pariwisata Bekasi seperti jalur proyek macet panjang.

“Beberapa waktu lalu sempat terhambat. Sekarang mulai membaik, tapi sangat pelan,” ujarnya dengan nada hati-hati, seakan takut optimismenya ikut kena efisiensi juga.

Yogi menegaskan bahwa Rakercab menjadi momentum penting untuk menyusun strategi bertahan di masa ekonomi yang tidak banyak memberi ruang napas.

“Ini bukan sekadar kumpul. Kita harus konsolidasi, evaluasi, dan menyusun program kerja yang bisa menjawab tantangan,” katanya.

PHRI Bekasi juga meminta pemerintah tidak mengambil keputusan efisiensi seperti cuaca tiba-tiba berubah tanpa peringatan.

Setiap kebijakan, kata Riza, punya efek domino yang panjang. Mulai dari omzet hotel, suplai sayur untuk dapur, usaha laundry, transportasi, hingga UMKM kue-kue rapat yang kini kehilangan “tamu tetap”.

BACA JUGA :  Viral Kepala SPPG Bekasi Lecehkan Bawahan: Kantor Gizi, Kelakuan Tak Bergizi

“Bukan cuma hotel yang kena. Rantai pasok ikut rontok,” tegasnya.

Melalui Rakercab, PHRI Bekasi ingin menghidupkan kembali sinergi antar pelaku industri agar bisa bangkit bersama di 2026 atau setidaknya, bisa bertahan tanpa harus menunggu pemerintah menggelar acara sebagai penyelamat tunggal.

“Harapannya, hotel-hotel bisa kembali ramai. Bukan cuma rame diskonnya,” tutup Yogi.***