Scroll untuk baca artikel
Opini

Danantara Bisa Setara VOC ?

×

Danantara Bisa Setara VOC ?

Sebarkan artikel ini
Abdul Rohman Sukardi
Abdul Rohman Sukardi

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi, 20 Februari 2025

WAWAINEWS – Danantara. Daya Anagata Nusantara. Artinya: kekuatan masa depan Nusantara. Ialah BPI (badan pengelola investasi) berupa super holding BUMN.

GESER UNTUK BACA BERITA
banner 600x415
GESER UNTUK BACA BERITA

Aset yang dikelola konon mencapai lebih 14.000 triliun. Kementerian BUMN sebagai regulator. Danantara sebagai eksekutor. Begitu gambaran besarnya.

Kehadiran Danantara dinilai akan berdampak dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi dan daya saing Indonesia. Percepatan pembangunan infrastruktur. Kemudahan akses pendanaan UMKM dan start up. Efisiensi BUMN dan optimalisasi aset negara. Juga akan memudahkan pembiayaan transisi energi.

Begitu kata sejumlah pakar dan pejabat terkait. Sebagaimana bertebaran di media. Walaupun tidak sedikit bernada kontra atas kehadiran lembaga ini.

Ada pula yang menyatakan terlambat beberapa dekade. Seharusnya sudah sejak lama lembaga ini ada.

Sejumlah pihak membandingkan dengan Temasek Singapura. Atau Khasanah Malaysia. Super holding serupa yang hadir telebih dahulu.

BACA JUGA :  #KaburAjaDulu dan Nasionalisme TKI

Secara faktual asset yang dikelola Danantara jauh lebih besar jika dibanding keduanya. Secara historis, Nusantara pernah memiliki super holding company sangat besar. VOC: Vereenig de Oost Indische Compagnie.

Ialah perusahaan Dagang Hindia Belanda. Perusahaan dagang Belanda yang beroperasi di Indonesia/Nusantara. Abad 17 M-18 M.

Perusahaan dagang ini dinilai memiliki kekayaan terbesar pada masanya. Super oligarkhi. Kalau meminjam bahasa sekarang.

Kekayaannya ditaksir 78 juta Gulden Belanda. Setara 7,9 trilun dolas AS. Melebihi gabungan kekayaan perusahaan terkemuka dunia saat ini: Apple, Microsoft, Amazon, dan lainnya.

Sumber kekayaan VOC diperoleh melalui monopoli perdagangan rempah-rempah di seluruh Indonesia. Eksploitasi sumberdaya alam: kayu manis, cengkeh, pala produk-produk lainnya untuk dijual ke Eropa. Komoditas strategis kala itu.

Kekayaan VOC juga dihimpun dari perdagangan internasional.

Bahkan pernah mencuat narasi. “Hindia Belanda mengapung di atas apungan kemakmuran industri gula”. Hanya satu komoditi saja. Nusantara sudah dibuat mengapung dalam “sampan kemakmuran”.

BACA JUGA :  Gibran, Danang dan Penangsang

Tapi sebenarnya bukan rakyat Nusantara yang makmur. Melainkan VOC, Kerajaan Belanda dan Rakyat Belanda.

Rakyat Nusantara merupakan rakyat kelas ketiga. Setelah kelas Eropa dan Timur Asing. Golongan Timur Asing ini juga menikmati kemakmuran Indonesia.

Golongan pribumi menikmati sisanya. Stratifikasi rasis ini dilegalisasi melalui UU. Diberlakukan di Hindia Belanda.

Kekayaan VOC dialokasikan untuk membiayai operasional perusahaan, memperluas wilayah kekuasaan, investasi di negaranya sendiri: Belanda. Termasuk untuk pembangunan infastruktur di Amsterdam Belanda.

Di Indonesia kini tersisa infrastruktur bisnis. Berupa perkebunan-perkebunan: teh, tebu, dan komoditas lainnya. Dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan.

Peninggalan lainnya berupa rel-rel kereta api. Fasilitas irigasi. Jalan Deandles atau jalan pos.

Kini kita masih merasakan warisan infrastruktur itu setelah dilakukan renovasi oleh pemerintah Indonesia. Peninggalan-peninggalan itu merupakan monumen eksploitasi kekayaan Indonesia melalui VOC. Untuk membangun dan memakmurkan negeri Belanda.

Mampukah Danantara setara VOC?. Bukan saja unggul atas Temasek dan Khasanah. Akan tetapi menjadi mega korporasi terdepan di dunia.

BACA JUGA :  Jokowi dan Brutus-brutus disekitarnya Merusak Agenda Reformasi 98

Sejarahnya, bangsa ini bisa melakukan. Hanya saja kala itu dikelola bangsa lain. Kini dikelola bangsa sendiri.

Indonesias memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Jika dikelola bangsa sendiri, akan memberi nilai tambah yang sangat besar.

Indonesia berpenduduk terbesar ke empat di dunia. Kekuatan SDM dan pasar domestiknya sudah sangat besar.

Indonesia memiliki posisi geopolitik strategis. Menjadi akses pelayaran global.

Indonesia juga memiliki sumberdaya digital. Ditandai pertumbuhan ekonomi digital sangat pesat. Juga besarnya pengguna internet.

Dengan potensi historis dan dukungan sumberdaya melekat itu, Danantara seharusnya bisa setara VOC. Atau bahkan melebihi. Danantara harus digunakan untuk capaian kemajuan dan kemakmuran tertinggi.

Indonesia harus dibawa mengapung di atas apungan kemakmuran. Melalui instrumen Danantara. Rakyat harus memastikan misi itu terwujud.

ARS – Jakarta (rohmanfth@gmail.com)