wawainews.ID, Jakarta – Pernyataan Osman Sapta Odang (OSO), yang disampaikan pada acara buka puasa bersama lembaga DPD RI bahwa tidak lolosnya Partai HANURA memenuhi ambang batas (Parliamentary Threshold), disebabkan oleh Wiranto, terus menuai protes dan disesalkan diinternal partai.
Kini giliran Ketua Dewan Kehormatan Partai Hanura, menyikapi pernyataan dengan mengatakan bahwa apa yang dilontarkan OSO, secara tidak langsung telah menodai buka puasa bersama, yang semestinya digunakan untuk meningkatkan silaturahim, melainkan pernyataan yang disampaikan dihadapan Presiden menodai dirinya sendiri.
Baca Juga : Wiranto; kesalahannya cuma satu, tunjuk OSO sebagai Ketua Partai
“Pak Wiranto itu sebagai Ketua Dewan Pembina. Jadi tidaklah berlebihan apabila kita menduga Pak OSO mau lari dari tanggung jawab sebagai Ketua Umum Partai Hanura,”ungkap Jend. (Purn), Dr. Chaeruddin Ismali, Selaku Ketua Dewan Kehormatan Partai Hanura, Minggu (19/5/2019).
Dikatakan perolehan partai pada Pemilu 2019, hanya di kisaran 1,8 %, yang notabene tidak lolos Parliamentary Threshold. Dan anehnya, justru Pak OSO menyalahkan Ketua Dewan Pembina Pak Wiranto. Tanggung jawab Partai HANURA itu ada ditangan Pak OSO bukan ditangan Wiranto.
Menurutnya pernyataan tersebut membuktikan keyakinan mayoritas kader, bahwa Partai HANURA di bawah kepemimpinan Pak OSO tidak banyak yang bisa diharapkan. Untuk itu diminta OSO, mengakui kesalahannya atas keterpurukan Partai HANURA Pada Pemilu 2019, dengan cara kesatria dan hengkang dari Kepemimpinan Partai HANURA.
Untuk diketahui, duduknya Pak OSO menjadi Ketum Partai HANURA, karena restu dari Ketua Umum sebelumnya yaitu Bapak Wiranto, karena beliau Pak Wiranto diangkat oleh Presiden menjadi Menkopolhukam, yang tugasnya mengkoordinasikan masalah yang berkaitan dengan politik, hukum dan keamanan.
Agar tidak terjadi konflik kepentingan, Pak Wiranto lebih memilih fokus membantu presiden menjadi Menkopolhukam dan menyerahkan puncuk pimpinan Partai HANURA kepada Pak OSO, melalui Munaslub.
Peralihan Ketum HANURA juga ditandai dengan penandatangan Pakta Integritas. Seiring berjalannya waktu, Partai HANURA di bawah kepimpinan Pak OSO bukan semakin solid, tetapi terjadi perpecahan, akibat model kepemimpinan Pak OSO yang mengabaikan mekanisme dan aturan Partai dalam mengambil keputusan.
Akibatnya, mayoritas kader militan Partai HANURA melakukan perlawanan dengan menyelenggarakan Munaslub II yang memberhentikan Pak OSO sebagai Ketua Umum Partai HANURA.
Munaslub II merupakan upaya konstitusional dari mayoritas kader, yang tujuannya tidak lain adalah untuk menyelamatkan Partai yang disana sini terjadi disharmoni bahkan perpecahan. Tak terhindarkan setelah Munaslub II terjadi konflik.
Sebagai sesepuh, pendiri sekaligus Ketua Dewan pembina, Pak Wiranto meminta kedua pihak untuk Islah. Sebagai kader yang lebih mementingkan kepentingan Partai, HANURA hasil Munaslub II atau lebih dikenal sebagai HANURA versi Bambu Apus, menyambut baik keinginan Pak Wiranto tersebut.
Namun, ditengah mempersiapkan diri untuk perundingan menuju islah, Pak OSO memecat para kader DPP dan Ketua DPD yang mendukung Munaslub II, tentu saja islah tidak terwujud.
Bahkan, langsung terbit SK Menkumham tentang kepengurusan yang baru dibawah Ketua Umum Pak OSO. Dengan terbitnya SK kepengurusan baru tersebut, HANURA Munaslub II mengajukan gugatan ke PUTN, dengan hasil putusan menunda SK Kemenkumham yang baru tersebut. Dengan kata lain kepengurusan PartaiHANURA kembali semula seperti saat sebelum konflik (sebelum Munaslub II).
Tetapi, putusan PTUN tersebut, dianulir oleh Menteri Hukum dan HAM melalui sebuah Surat, yang isinya kepengurusan Partai HANURA adalah sesuai SK Menkumhan yang baru.
Selama itu ditujukan untuk eksistensi Partai, HANURA Bambu Apus dengan berat hati patuh terhadap Surat Menkumham tersebut dan meskipun HANURA hasil Munaslub II telah berada diluar struktur, tetap saja sebagian besar masih mau membantu demi keberlangsungan HANURA. Dibuktikan dengan proses verifikasi faktual yang hasilnya lolos.
HANURA hasil Munaslub II masih berharap Pak OSO akan berubah dan tetap berkomitmen untuk membesarkan Partai termasuk membawa gerbong sejumlah anggota DPD menjadi Caleg Partai HANURA. Tapi ternyata, tidak. Tidak nampak kerja politik yang mampu mempengaruhi masyarakat calon pemilih.
Bahkan Partai HANURA berjuang untuk meloloskan beliau menjadi DPT calon anggota DPD bukan berusaha keras untuk meloloskan parCaleg. Karena itu, tidak terlalu mengherankan kalau perolehan suara HANURA di anjlok. (Gusven)