JAKARTA – Kejaksaan Agung resmi mencegah dua bos PT Sugar Group Companies (SGC), Purwanti Lee Couhault dan Gunawan Yusuf, bepergian ke luar negeri. Hal itu membuat aroma gula yang biasanya manis kini justru menyengat tajam di meja penyidikan.
Hal itu terkait dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) yang melibatkan mantan pejabat Mahkamah Agung, Zarof Ricar.
“Betul, keduanya sudah dicekal dan juga diperiksa sebagai saksi beberapa hari lalu,” ujar Kapuspenkum Kejagung, Anang Supriatna, sebagaimana dikutip Wawai News, pada Sabtu (26/7/2025).
Plt Dirjen Imigrasi, Yuldi Yusman, pun ikut nimbrung. Katanya, mereka sudah dicegah sejak 23 April hingga 23 Oktober 2025. Enam bulan larangan melancong cukup waktu untuk merenungkan bahwa tidak semua perjalanan harus pakai paspor. Kadang cukup jalan kaki ke ruang penyidik.
Sementara itu, detail pemeriksaan masih jadi “rahasia dapur”. Entah sedang dimasak jadi berita besar, atau malah cuma disimpan di kulkas.
Yang jelas, latar belakang kisah ini cukup epik. Berawal dari sidang dugaan suap vonis bebas Gregorius Ronald Tannur di Pengadilan Tipikor Jakarta (7/5), nama Zarof Ricar menyeruak.
Dalam kesaksiannya, Zarof mengaku pernah “membantu” perkara perdata kasus gula bukan sebagai konsultan manajemen, melainkan konsultan vonis.
Dan tentu, bantuan seperti itu tidak gratis. Zarof dengan santai mengakui menerima Rp50 miliar untuk kasasi, dan Rp20 miliar untuk peninjauan kembali (PK).
Kalau dirupiahkan per kata dalam BAP, itu sudah setara harga apartemen di Jakarta Selatan.
Menariknya, Zarof bahkan menyebut uang itu masih ada, utuh. Entah di lemari, rekening, atau di bawah kasur. Tapi yang pasti, aroma “gula” makin terasa aneh saat ternyata bukan cuma manis, tapi juga menyimpan rasa pahit khas pengadilan.
Kembali ke duo bos PT SGC, Kejagung belum secara eksplisit mengungkap apakah keduanya terkait langsung dalam aliran dana suap kepada Zarof.
Tapi sinyalnya cukup terang, jika dicegah terbang, berarti ada potensi kuat bahwa mereka bisa ikut “terbang” ke jerat hukum.
Seperti pepatah lama yang kini terasa relevan: gula terlalu manis, bisa undang semut atau penyidik.***