Jika Anies kalah dalam pilgub Jakarta karena bisa dipastikan kecurangan dan kejahatan rezim akan terulang. Maka itu akan dipandang sebagai akhir dari perjalanan politik Anies yang terjadi bukan karena kekurangan ataupun kesalahannya. Lebih dari itu karena rezim kekuasaan tak akan pernah diam dan rela membiarkan Anies melenggang menjadi orang yang paling menentukan di Jakarta maupun di Indonesia.
Kenapa tidak?. Untuk sebaran wilayah yang luas se-Indonesia, semua sumber daya baik aparat dan institusi pemerintahan, anggaran negara dan semua politisasi kebijakan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mengeliminasi Anies. Apalagi cuma sebatas Jakarta.
Asumsi ini jadi menggelitik dan mungkin ada benarnya, tatkala mengusik pemikiran bahwasanya siapa yang bisa menjamin Anies dapat memenangkan pilgub Jakarta?. Pasalnya, Anies sudah dianggap berbahaya bagi para oligarki, politisi dan elit birokrasi serta semua konspirasi kejahatan atas nama negara yang berlindung dibalik kepalsuan demokrasi dan manipulasi konstitusi.
Anies sebagai Aset Nasional
Mempertahankan Anies sebagai pemimpin berkarakter dan potensial, seperti saat menghadapi pilpres 2024 betapapun dipenuhi kejahatan pemilu yang terstuktur, sistemastis dan masif. Tentunya, menjaga Anies tetap berada dalam kondite pemimpin yang visioner dan kaya spiritual, yang sudah menjadi aspek paling fundamental dalam dirinya. Sebagaimana yang sering Anies aktualisasikan dalam narasi gerakan perubahan berbasis spiritual dihadapan publik. Maka sudah menjadi keharusan bagi Anies untuk tetap berada dalam jalur etika, kehormatan dan martabatnya sebagai seorang pemimpin.
Anies menyadari betul, resan air ke air, resan minyak ke minyak. Tak mungkin ia menyeburkan dirinya masuk ke dalam komunitas kekuasaan yang lahir dari proses kemiskinan etika dan peradaban. Pun demikian, Anies tak akan sekonyong-konyong melibatkan dirinya pada kontestasi kekuasaan yang sekedar menunjukan eksistensi, emosional dan aji mumpung karena tak ada pilihan lainnya. Anies tetap akan menjadi figur yang sederhana, santun dan tenang dimanapun ia berada. Berada di dalam ataupun di luar sistem, tak sedikitpun mengurangi kadar kepenimpinannya. Anies telah melalui banyak proses dan membuktikannya, kepemimpinan itu sebagai sesuatu yang “given”.
Dunia akan selalu menghadirkan pemimpin, baik yang berperan protagonis maupun yang antagonis bagi kehidupan rakyatnya. Saat ini republik masih dalam kegelapan dan keputus-asaan menghadi kekuasaan yang tiran dan dzolim. Anies tidak diam, ia telah mencoba merubahnya. Alam belum berkehendak, Tuhan belum menginginkannnya. Namun Anies bisa mengambil hikmahnya, sadar sedang diuji dan kesabarannya yang paling layak untuk menuntun jalan politiknya ke depan. Tanpa kekuasaan, Anies akan menunggu sekaligus membuat momentum yang tepat membuka arus perubahan yang tak busa dibendung lagi. Seperti Mahatma Gandi, Marthen Luther King, Nelson Mandela dll. yang mengalami, juga Buya Hamka yang mengatakan jalan pemimpin adalah jalan penderitaan. Anies tak bisa menghindari siklus sejarah yang empiris dan relevan sepanjang masa itu.
Berada di dalam ataupun di luar lingkar kekuasaan, Anies tetaplah pemimpin. Ia telah menjadi aset nasional bagi cita-cita perubahan dan upaya menghadirkan negara kesejahteraan. Anies pada saat yang tepat, ia akan menjadikan dirinya sebagai alat perjuangan bagi upaya mewujudkan kemakmuran dan keadilan di bumi Indonesia. Anies harus menempatkan dirinya sebagai aset nasional yang menjadi warusan kedepan bagi kebaikan rakyat, negara dan bangsa Indonesia. Dalam paparan krisis kepemimpinan, dilanda isolasi Ketuhanan dan kemanusiaan dalam penyelenggaraan negara. Sebaiknya Anies tetap menjaga karakternya, memelihara otentitasnya dan mengumbar integritasnya bagi upaya mendatangkan kebermanfaatan untuk publik. Dengan atau tanpa kekuasaan yang digenggamnya, dengan atau tanpa ia berada dalam pemerintahan sekalipun.
Ketka kebiadaban menyelimuti negeri, Anies harus tetap menjaga keberadabannya. Anies harus mampu tetap berjarak dengan para penjahat meski didapuk sebagai pejabat. Anies harus terus menjaga spiritualnya sebagai organ penting sekaligus nyawa kepemimpinannya. Itulah keunikan, kekhasan dan perbedaan Anies dari kebanyakan lainnya. Itulah yang menjadi diferensiasi seorang Anies Baswedan.