LAMSEL – Tubuhnya tak lagi tegap, begitupun matanya sudah tak terang lagi, raut wajahnya mulai keriput. Namun kondisi itu tak membuat Pujo bermalas-malasan.
Setiap hari Pujo, sapaan akrabnya teurs semangat mencari nafkah untuk keluarganya. Diusianya sekarang, hanya keahlian mencukur yang ia bisa, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Wawai News, mencoba berbincang dengan Pujo, yang tengah mencukur rambut pelanggannya di pasar Candipuro, di lahan sepetak tanpa sekat dan kursi seadannya dan kaca yang dipasang sendiri di depan bangku tempat pangkas.
Alat cukurnya ia letakan dalam tas tua yang bila sepi sewaktu-waktu ingin pulang maka dia tak perlu lagi menata bawaannya. Ya.. langganan Pujo terlihat hanya sebatas orang tua atau anak yang di bawa ibunya ke pasar.
Bapak Pujo, adalah warga Desa Titian Wangi, Kecamatan Candipuro, tetap bertahan meskipun banyak salon dan pangkas rambut dengan aneka model gambar sebagai pilihannya. Pangkas rambut dengannya modelnya pun hanya kesepakatan.
Selain membuka pangkas rambut di pasar Candipuro, Bapak Pujo, juga praktek di rumah. Sebagai antisipasi dia mengaku menyiapkan accu bentuk antisipasi jika terjadi mati lampu, maka dia tetap bisa. Sedangkan tarif sekali cukup dia hanya menerapkan Rp10. Ribu, murah bukan dibanding tempat lain.
selain buka di pasar candi puro dia juga buka pangkas rambut juga dirumahnya.dulu katanya dia sempat mengajar di beberapa sekolah tp sekarang berhinti karena cuma mendapatkan kan humor 350.000. dan kurang di hargai sama masyarakat makanya dia berhinti
Saat ini, Bapak Pujo, mengaku bahwa matanya plus 200. Tapi dia tetap semangat bekerja dan melihat ponselnya pun terlihat jelas dengan alat bantu kacamata.
Mangkal di pasar Candipuro Pak Pujo tidak sendiri, melainkan dia harus bersaing dengan tukang pangkas rambut lainnya yang juga berdekatan.
Diketahui Pujo, dulunya adalah seorang guru honor di sekolah. Tapi karena dirasanya tidak menutup kebutuhan keluarga, dia lebih memilih sebagai tukang pangkas. (Whd)