TANGGAMUS – Direktur PDAM Way Agung Tanggamus Jonson M.B Nahor angkat bicara dengan mengakui jika sistem distribusi air bersih yang dikelola perusahaan plat merah tersebut masih menggunakan sistem gravitasi.
PDAM Way Agung Tanggamus jelasnya selama ini hanya mengandalkan sodetan di hulu tanpa infrastruktur pengolahan memadai seperti hasil investigasi ormas Grib Jaya Tanggamus, saat turun ke lokasi hulu sungai Way Biah di perbatasan Pekon Teratas dengan Pekon Kedamaian Kecamatan Kotaagung pekan lalu.
“Kami hanya operator yang bertugas mendistribusikan air. Berkali-kali kami mengajukan permohonan WTP lengkap, tapi mungkin keuangan daerah sedang defisit. Ke depan, saya akan temui PJ Bupati untuk mencari solusinya,”ungkapnya ke awak media menanggapi berita viral terkait air bersih yang dikeluahkan pelanggan, Senin 20 Januari 2025.
Menurutnya, sejak awal berdiri, PDAM hanya mengandalkan sodetan di hulu tanpa infrastruktur pengolahan air yang memadai. Hal tersebut masih belum berubah sampai sekarang.
“PDAM di Tanggamus ini satu-satunya di Lampung yang pakai sistem gravitasi. Dulu survei awal menganggap air di hulu jernih dan layak konsumsi, jadi hanya dibuat sodetan dan bak penampungan,”paparnya.
Tapi sekarang, bak penampungan itu tidak efektif lagi. Saat hujan, air limpasan dari gunung masuk ke bak karena kondisi hulu terbuka. Namun demikian imbuhnya hingga kini belum ada laporan dari konsumen terkait dampak kesehatan akibat mengonsumsi air tersebut.
Dia memastikan jika secara berkala PDAM melakukan uji laboratorium dengan hasil layak. Namun, menurutnya harus diakui perlunya peningkatan fasilitas agar layanan lebih baik. Tapi meski berulang kali mengusulkan pembangunan instalasi pengolahan air (Water Treatment Plant/WTP) kepada Pemerintah Daerah, belum terealisasi.